Judul
: Please, be by My Side
Author
: Namikaze Han
Genre
: Romance-Friendship
Cast Artist : Exo[Japan Ver.]
“Reposted at FFN”.
.
.
.
Jalan-jalan di Kyoto nampak
sepi. Tidak, Kyoto memang tidak seramai Tokyo –tapi tidak sesepi ini juga. Ini
musim semi, aneh jika tidak ada turis-turis dari Jepang atau luar Jepang.
Tunggu! Mereka ada, hanya saja –tidak sebanyak biasanya.
Kedai-kedai teh masih buka,
namun tidak seramai biasanya.
Kita lihat sisi lain Kyoto,
dimana tokoh utama kita berada. Di salah satu taman bermain anak-anak. Dimana
ada seluncuran berwarna merah atau kuning terang, jungkat-jungkit, ayunan, dan
lainnya. Disana ramai oleh anak-anak –tentu saja. Namun kita focus pada dua
anak berbeda jenis.
"Jongin, mitte!
[lihat!]" seorang anak kecil berkuncir dua menunjukkan satu bunga sakura
ditelapak tangannya pada temannya. "Kireii desu ne~ [cantiknya~]"
"Ya, tapi kau lebih
cantik" sahut temannya yang dipanggil Jongin tadi. Anak laki-laki itu
mengambil bunga yang ditangan temannya. Anak itu memandangi bunga tersebut.
"Arigatou"
kedua pipi anak perempuan itu bersemu. Dan terlihat lucu di mata Jongin.
"Moe~
[imut/lucu], pipi Kyung-neechan[1]sama seperti sakura. Pink"
ujar Jongin polos. Ia membandingkan warna bunga dan pipi anak yang dipanggilnya
Kyung-neechan –atau Kyungsoo.
"Daripada Jongin,
seperti batang pohonnya" ejek Kyungsoo. Kau tahu batang pohon? Coklat. Ya,
coklat. Kalian mengerti maksudku?
"Batang pohon? Aku
tidak seperti itu!" Jongin mengelak. "Aku tahu kalau Kyung-nee putih"
ujarnya kemudian.
"Gomenne [maaf],
Kyung tidak bermaksud begitu. Jongin jangan sedih ya?" Kyungsoo mengusap
kepala Jongin yang memang lebih muda satu tahun darinya.
"Jongin tidak
sedih!" lagi-lagi Jongin mengelak. "Jongin memang coklat" ia
menyandingkan tangannya dengan tangan Kyungsoo. "Mitte!"
"Ah ya sudah"
ujar Kyungsoo pasrah. "Ayo pulang –nanti Jongin dicari Oba-san [bibi]"
anak itu lalu menarik tangan Jongin, menjauh dari pohon sakura dan berjalan ke
rumah mereka yang –bersebrangan.
Walau jalan sepi, pesan ini
tidak pernah lepas dari bibir mungil Kyungsoo. "Jongin hati-hati
menyebrang, lihat kanan-kiri. Arigatou sudah mengantar Kyung
sampai depan rumah"
"Hai, Douita!
[ya, sama-sama]" Jongin lalu menyebrang dan sampai di depan rumahnya.
Kyungsoo masuk kedalam
rumahnya dan mengucapkan salam yang sangat umum di Jepang. "Tadaima [aku
pulang]"
"Okaeri [selamat
datang]" Nyonya Do menyambut kedatangan anak semata wayangnya
itu. "Sudah puas bermainnya sayang?"
"Puas sekali~! Tadi
Kyung main seluncuran, jungkat-jungkit dan ayunan. Ayunan Kyung didorong
Jongin. Wusshh~ wing~" tangan mungilnya memeragakan gerakan ayunan.
"Seru dong? Nah,
sekarang Kyung pergi mandi dulu sana" ujar Nyonya Do sambil mengusap
kepala anaknya.
"Haaaiiiiiii [iiyaaaa]"
anak itu berlari dengan penuh semangat ke kamar mandi.
…
"Tadaima"
rumah Jongin sepi. Percuma juga ia mengucap salam.
"Okaeri, Tuan
Muda" salah –masih ada yang menjawab salamnya. Namun bukan Nyonya atau
Tuan Kim, melainkan kepala pelayan. Salahkan kenapa orang tua anak itu kembali
ke Korea sementara anaknya di Jepang. Salah Jongin juga yang bersikeras ingin
bersama Neesan-nya.
"Kapan mereka
kembali?" tanya Jongin sambil menambatkan dirinya di sofa setempat.
"Mungkin satu atau dua
minggu lagi" jawab kepala pelayan itu. Dan Jongin bosan juga jengah
mendengar jawaban yang sama setiap harinya.
"Aku mau mandi
saja" Jongin kemudian pergi dari situ. Menuju kamar mandi. Air mungkin
dapat menyegarkan dirinya.
.
.
.
9 years
laters …
.
.
.
Pukul 15.00 waktu setempat,
ini sudah waktunya pulang bagi anak-anak sekolah. begitu pula untuk Jongin dan
Kyungsoo.
"Neesan! Ayo
pulang" ajak Jongin dari ambang pintu kelas Kyungsoo.
Gadis disamping Kyungsoo
menyikut Kyungsoo dengan enaknya. "Kyung, kau dijemput adik kelas itu
lagi"
"Dia sahabatku dari
kecil Baek, dan rumah kami bersebrangan" balas Kyungsoo yang masih
merapikan bukunya sambil membalas perkataan teman sebangkunya –Baekhyun.
"Kau lama Neesan!"
Jongin yang tidak sabaran masuk kedalam kelas dan menghampiri Kyungsoo.
"Itu karena kau tidak
pernah mengeluarkan bukumu selama pelajaran!" balas Kyungsoo sekaligus
membongkar aib Jongin. "Dan kau tertidur selama sensei [guru]
mengajar"
"Oh ayolah, kau
membongkar aibku didepan Baekhyun-senpai [senpai sama
dengan sunbae]" Jongin merengut kesal. Hilang sudah image
coolyang dimilikinya.
"Siapa yang berniat
membongkar aibmu, kohai [kohai sama dengan hoobae]"
balas Baekhyun. Yah, siapa yang berniat? Hampir seluruh murid sudah tahu. Dan
itu mereka tahu dari para sensei yang iseng.
"Sudalah Baek, kau
tidak ditunggu senpai tiang listrik itu?" tanya Kyungsoo
pada Baekhyun. "Nah, otouto-ku [adik laki-laki-ku] yang manis,
mari kita pulang" uajrnya pada Jongin.
"Ya ampun Kyung, aku
lupa!" gadis dengan eyeliner disekitar mata sipitnya itu
menepuk dahinya. "Aku duluan Kyung, jaa~" dan dia berlari
keluar kelas.
"Ayo kita pulang"
Jongin menarik tangan Neesan-nya keluar kelas. Lihatlah, mereka
seperti sepasang kekasih. Sayangnya bukan.
"Neesan, mampir
ke café dulu ya?" pinta Jongin pada Kyungsoo dalam
perjalanan pulang.
"Apa orang tuamu tidak
mencari?" tanya Kyungsoo. "Orang tuamu bisa khawatir kalau kau tidak
pulang tepat waktu" ujarnya kemudian.
"Tch. Sejak kapan
mereka khawatir?!" ya ampun, Kyungsoo lupa perihal orang tua Jongin yang
tidak tinggal bersamanya. "Ayolah~ kalau kau dimarahi, biar aku yang
bertanggung jawab"
"Gomen, aku
lupa. Ya sudah ayo" Kyungsoo mengelus pelan lengan Jongin. Merasa bersalah
pada otouto-nya.
…
Bayangkan sepasang anak
manusia berbeda jenis kelamin duduk berhadapan disebuah café.
Apalagi, mereka masih mengenakan seragam. Sang gadis dengan seifuku-nya
dan yang lelaki dengan blazer yang masih melekat. Itulah yang dilakukan Kyungsoo
dan Jongin.
"Pasti ada yang mau
kau bicarakan, benarkan?" tebak Kyungsoo setelah menyeruput éspresso miliknya.
"Ya, memang
begitu" sahut Jongin. Ia menyesap pelan cappuccino miliknya.
"Lalu apa itu?"
Kyungsoo kembali bertanya. Tangannya hanya sibuk mengaduk-aduk isi cangkir
putih didepannya.
"Ano –soal
aku akan" Jongin menarik napas sejenak. Lidahnya kelu. Sanggupkah ia
berbicara hal ini pada Neesan-nya? Entahlah.
"Kau akan apa? Ayolah
Jongin, jangan menggantung seperti itu" bola mata Kyungsoo berputar bosan.
"Aku akan –akan ke
Korea, Nee" ujar Jongin kemudian. Ia kembali menyesap pelan
isi cangkir putih dihadapannya.
"Kau yakin?"
Kyungsoo menunjuk-nunjuk wajah Jongin dengan sendok kecil yang tadi
digunakannya mengaduk-aduk. "Menyusul orang tuamu heh? Dan meninggalkanku?
Baiklah, terserah pada dirimu"
"Ini bukan
kemauanku" ujar Jongin. "Kalau kemauanku adalah ikut orang tua dan
meninggalkan dirimu, itu sudah dari dulu kulakukan" ada benarnya. Kyungsoo
mengangguk membenarkan kata Jongin. "Tsk. Baka [bodoh]"
"Kau yang baka!" jtak!
Sendok kecil itu bercumbu mesra dengan dahi Jongin. "Lalu itu kemauan
siapa? Oji-san [paman] kepala pelayan?" tanya Kyungsoo.
"Ittai!
[sakit!]" Jongin mengelus-elus dahinya yang habis bercumbu dengan sendok.
"Bukan dia.
Tentu saja kemauan Umma dan Appa-ku. Siapa lagi?" jawab Jongin santai.
"Baik. Kapan kau
berangkat?" tanya Kyungsoo dengan tangan yang menopang dagunya. Selain itu
yeoja manis ini memasang air muka layaknya detektif yang baru dapat kasus
besar.
"Jangan pasang wajah
aneh begitu!" Jongin dengan seenak bibirnya menepuk pelan dahi Kyungsoo.
"Aku akan berangkat seminggu lagi –mungkin. Atau paling cepat ya
–lusa"
"Tidak sopan"
yeoja bermata bulat itu merutuk kesal. "Secepat itukah?" tanya
Kyungsoo.
"Memang begitu Neesan.
Ada yang mau Neesan bicarakan tidak? Kalau tidak, ayo kita
pulang sekarang" jawab Jongin yang juga disertai pertanyaan.
"Ada sih, tapi –apa
kau benar-benar mau tahu?" lagi-lagi Kyungsoo bertanya.
"Otouto-mu ini
pendengar yang baik" Jongin berlagak cool didepan
Kyungsoo. pada kenyataannya, Jongin tetaplah adik yang manis bagi Kyungsoo.
"Pertama, aku lupa
kapan terakhir kali kau memanggilku Kyung-neechan" wajah
Kyungsoo bersemu mengingat hal itu. "Kedua, bagaimana jika aku mempunyai
suatu penyakit?"
"Terakhir kali saat
kita SMP kan? Dan Neesan, aku sudah besar sekarang
tidak pantas untuk memanggilmu itu lagi" Jongin menarik napas
sejenak. "Kau punya penyakit apa memang? Apa itu mematikan?" tanya
Jongin.
"Benar, otouto-ku
sudah besar sekarang" Kyungsoo mengusak pelan helaian rambut Jongin.
Membuat pemilik rambut menunjukkan barisan giginya. "Kurasa tidak begitu
mematikan. Karena hanya ada sedikit masalah dengan pernapasanku. Paru-paru-ku
lemah –yah begitulah"
"Kau tidak boleh
kelelahan, kalau begitu. Nah, sudah selesai kan? Ayo pulang" ucapan Jongin
disambut anggukan kecil dari Kyungsoo. Lalu mereka pulang bersama untuk
kesekian kalinya.
Walau mereka sudah besar,
pesan ini tidak pernah lepas dari bibir milik Kyungsoo. "Jongin hati-hati
menyebrang, lihat kanan-kiri. Arigatousudah mengantar Kyung sampai
depan rumah"
"Neesan, aku
sudah besar! Tidak perlu ada pesan itu kan?" Jongin berdecak kesal
beberapa kali mengingat Neesan-nya selalu mengucap hal yang sama.
"Gomen, tapi
itu kebiasaanku" setelah menjulurkan lidah, Kyungsoo berlari masuk begitu
saja.
Jongin menyebrang jalan. Ia
sampai di bangunan yang disebut rumah namun selalu sepi. Tidak ada orang
tuanya. Lagipula, jika ada orang tuanya –ia tidak yakin bangunan ini akan
ramai.
Ia segera masuk kedalam
kamarnya yang tidak dapat dikatakan rapi. Lalu berbaring telentang di kasurnya.
"Apa yang harus
kulakukan untuk pertemuan terakhirku dengan Kyung-neesan ya?"
gumamnya. "Mungkinkah aku harus bertanya pada Sehun?" lagi-lagi ia
bergumam. "Ah ya, aku harus mengirim e-mail segera pada
bocah satu itu!"
~o~
"Kata anak itu [read:
Sehun] beri dia sesuatu yang dia suka sekaligus menginatkannya padaku"
guman Jongin sambil berdadan –ralat- memakai kausnya. "Lalu aku membelinya
dengan siapa ya?" gumamnya yang sudah berpakaian rapi. "Baekhyun-senpai saja
ah!"
Jongin mengambil ponselnya
dan menghubungi Baekhyun. Darimana ia dapat nomor Baekhyun? Tentu saja dari
Baekhyun langsung.
…
Mereka sudah ada di salah
satu toko accecories yang ada di Kyoto. Melihat-lihat beragam pernak-pernik
wanita yang rata-rata berwarna pink.
"Untuk apa kau
memberikan Kyung hadiah? Ulang tahunnya saja sudah lewat" tanya Baekhyun
yang juga sibuk melihat-lihat bando.
"Aku akan ke
Korea senpai, dan meninggalkan Neesan-ku itu. Makanya
aku aka memberi dia kenangan. Ehehe" Jongin memamerkan sederetan giginya
pada Baekhyun.
"Begitukah? Ah aku
jadi rindu Korea" ujar Baekhyun. "Aku rindu kawanku disana"
"Ah, aku ketemu
satu!" Jongin bersorak bangga menemuka satu set accecories cantik.
"Bagaimana?" ia menanyakan pendapat Baekhyun.
"Cantik" komentar
Baekhyun melihat satu set accecories yang ditunjukkan Jongin. "Tapi kenapa
sakura? Bukankah ada yang lain? Itu ada Pororo! Kyung kan suka Pororo"
ujarnya kemudian.
"Sakura akan
mengingatkannya pada satu peristiwa" ujar Jongin. Kalian tahu kejadian
diawal cerita kan? Ya itu. "Aku tahu ia suka Pororo. Oh aku ambil ini
juga" ia akhirnya mengambil satu set accecories Pororo.
Ah lucunya accecories itu.
Ada bando, kunciran, jepitan, pokoknya accecories rambut dengan tema sakura dan
Pororo. Lucu bukan?
"Arigatou sudah
menemaniku senpai!" ujar Jongin setelah Baekhyun turun di
halte bus dekat rumahnya. Di Jepang memang jarang yang memakai kendaraan
pribadi, mereka lebih memilih memakai kendaraan umum. Selain itu, para lelaki
hanya akan mengantarkan kekasihnya sampai stasiun atau halte bus.
Jongin mampir ke rumah
Kyungsoo sebentar, oh ayolah ini hari Sabtu dan masih siang. Jangan berpikir
yang aneh-aneh.
"Jongin, ayo
masuk" Kyungsoo menarik Jongin masuk da mendudukkannya di sofa. Begitu
pula dengan dirinya. "Ada apa?" tanyanya.
"Sudah kubilang kan
aku akan ke Korea?" pertanyaan itu disambut anggukan kecil dari Kyungsoo.
"Ini untukmu, aku sengaja belikan" Jongin menyerahkan plastic putih
pada Kyungsoo.
Kyungsoo membuka isi
plastic itu. "Ah lucunya~ sakura dan Pororo. Dua hal yang aku sukai"
ujar Kyungsoo senang. Gadis itu senang sekali. Dengan mata berbinar ia melihat
masing-masing set dari accecories yang diterimanya.
"Kau suka?" tanya
Jongin. Dengan gaya cool-nya, ia bersadar pada sandaran sofa.
"Tentu saja. Aku
sangat suka" Kyungsoo mengaitkan lengannya pada leher Jongin.
Memeluk otouto-nya itu. "Arigatou gozaimasu"
bisiknya.
"Douita"
Jongin balas memeluk Neesan-nya itu. Ini hanya pelukan
persaudaraan bukan? Kenapa rasanya sangat lain?
"Nah, otouto-ku
yang manis, sekarang sudah jam makan siang. Ayo makan denganku, aku akan masak
sesuatu" ujar Kyungsoo sambil menarik Jongin ke dapur sekaligus ruang
makan.
"Kemana orang
tuamu Nee?" tanya Jongin yang tidak menemukan keberadaan Tuan
dan Nyonya Do.
"Mereka seenaknya
berlibur tanpa mengajakku! Huh!" dan Kyungsoo mengerutu mengingat hal itu.
"Lalu kau mau masak
apa?" tanya Jongin pada Kyungsoo yang melongok isi kulkas.
"Bagaimana
dengan okonomiyaki? Yang cepat saja. Aku tahu kau sudah lapar"
tanya Kyungsoo sambil menebak keadaan perut Jongin.
"Kau selalu bisa
menebakku. Ya ya, yang cepat! Aku lapar~" Jongin yang sedang duduk
menarik-narik ujung kaus Kyungsoo. Seperti anak kecil.
"Baiklah, tunggu
sebentar sayang" Kyungsoo mengusak rambut Jongin pelan. Seperti Ibu pada
anaknya. Sungguh lucu sekali mereka berdua.
Neesan, aku merasakan
hal lain bersamamu.
Tak berselang lama, okonomiyaki pun
jadi. Kyungsoo menyajikannya didepan Jongin. Dengan semangkuk nasi juga
tentunya.
"Hmm harum~ pasti
enak" gumam Jongin. Ia segera mengambil sumpitnya dan mulai
mencicipi okonomiyaki buatan Kyungsoo. "Ittadakimasu!"haup!
Satu suapan mampir di mulut Jongin.
"Ittadakimasu"
Kyungsoo juga makan –dengan perlahan tentunya.
"Huwah~ oishii
desu~ [enak~]" komentar Jongin. Puas.
"Tidak ada yang tidak
enak jika dimasak oleh Kyungsoo" dan Kyungsoo berlagak smbong.
Tak berselang lama, Jongin
sudah selesai dengan makanannya. Ia makan denga kecepatan jet.
"Gochisosama
deshita [terima kasih atas makanannya]" Jongin benar-benar puas
dengan makan siangnya. Walaupun sederhana, tapi ini enak. "Aku akan rindu
masakan Neesan" ujarnya kemudian.
"Tidak
merindukanku?" tanya Kyungsoo sambil membereska alat-alat makan.
"Tentu saja aku juga
akan merindukanmu" Jongin tanpa sadar memeluk Kyungsoo yang sedang mencuci
alat makan dari belakang. "Aku akan sangat merindukan semua dari
dirimu" ia menyesap harum rambut Kyungsoo yang lebih pendek darinya.
"Jongin …?"
Kyungsoo mengelap tangannya. Sudah selesai dengan mencuci alat makan.
"Ya, Neesan?"
sahut Jongin yang masih tetap pada posisinya. Suara baritone miliknya
teredam oleh helaian rambut panjang Kyungsoo.
"Daridulu, kau
tetaplah otouto-ku yang manis" ujar Kyungsoo. Gadis itu
terkikik kecil dalam pelukan Jongin.
Entah ada rasa kurang puas
dalam diri Jongin, ia tidak ingin disebut otouto. "Aku tidak
manis, aku tampan" ujarnya dengan suara yang masih teredam.
"Baiklah,
baiklah. Anata wa watashi no hansamu otouto [Kau adalah adik
lelaki-ku yang tampan]" ujar Kyungsoo. "Nah, lepaskan tanganmu"
Jongin menurut. Ia melepas
tangannya. "Neesan, suki da yo" Jongin berdesis
pelan. Sangat pelan.
"Nani? [apa?]
apa yang kau katakan, Jongin?" tanya Kyungsoo. Ia yakin mendengar sesuatu
dari mulut Jongin.
"Ah iie [ah
tidak]" Jongin gugup. Ia tadi hanya keceplosan. "Tidak apa-apa. Aku
pulang dulu" ujarnya kemudian. Pamit pulang.
"Hati-hati menyebrang,
oke?" seperti biasa yang Kyungsoo ucapkan dengan tiada bosannya.
"Wagatta [aku
mengerti]" Jongin pulang. Meninggalkan Kyungsoo sendiri.
"Jongin, aku dengar
apa yang kau katakan. Dan aku mengerti. Watashi mo, suki da
yo"
~o~
Tidak ada hari yang lebih
buruk dari ini bagi Kyungsoo. Karena hari ini adalah hari keberangkatan Jongin,
itu berarti ini adalah hari dimana mereka harus terpisah jarak antara Jepang
dan Korea. Kyungsoo mengantar Jongin sampai bandara. Dan bandara itu ada di
Tokyo.
Di bandara, Kyungsoo
mengusap lengan Jongin lembut. Terlalu tinggi untuk mencapai kepala Jongin.
Anak ini bahkan lebih tinggi darinya.
"Jongin, di Korea
nanti jaga diri baik-baik. Jangan membantah apa kata orang tuamu, belajar yang
rajin, tidur tepat waktu, jangan tidur di kelas lagi, makan yang rajin –jangan
pilih-pilih. Dan jangan jadi playboy! Jadi anak yang tampan"
Kyungsoo, yang terakhir itu aneh. "Kau tidak ingin disebut manis bukan"
oh aku mengerti sekarang.
"Hai, Neesan. Wagatta!"
balas Jongin. "Mau peluk?" tawarnya sambil menrentangkan tangan.
"Untuk otouto-ku,
baiklah" Kyungsoo menautkan tangannya di leher Jongin. Disambut pelukan
erat lengan Jongin di pinggangnya.
Jongin menyesap harum
Kyungsoo lama-lama. Ia ingin memuaskan saja. Pemuda berkulit tan itu
melepas pelukannya. "Aku akan merindukanmu" ujarnya sambil mencubit
pelan pipi kanan Kyungsoo.
"Harus –aww"
sahut Kyungsoo ditambah erangan kecil. Kesakitan. "Sudah sama, nanti kau
ketinggalan pesawat" Kyungsoo memukul pelan dada Jongin.
"Baiklah,
baiklah, jaa Neesan~! Rindukan aku!" ujarnya sambil menjauh.
"Jaa~! Pasti.
Aku pasti merindukanmu" Kyungsoo bergumam kecil sambil menatap punggung
Jongin yang makin lama makin menghilang termakan banyaknya manusia disana.
Dari Tokyo menuju Kyoto,
Kyungsoo naik kereta. Sendiri tentu saja. Sepi menyelubungi dirinya. Sudah
dipastikan sekarang ia punya jarak yang jauh dengan Jongin. Antara Kyoto dan
Seoul.
Ia memainkan rambutnya yang
hanya dijepit. Dijepit denga jepitan bunga sakura yang diberikan Jongin.
Kemudian ia melihat ponselnya, ada pesan dari Baekhyun.
From: Baekhyun
Kyung, aku tahu kau
mengantar kohai kita itu. Tapi setelah itu bisakah kau temani aku? Aku ada di
café dekat sekolah. Kau tahu itu~ aku menunggumu~!
Kyungsoo tersenyum menatap
layar ponselnya. Bisa dibayangkannya wajah bosan Baekhyun yang mengaduk-aduk
isi cangkir. Sangat jelek.
To: Baekhyun
Aku sedang di kereta, aku
akan datang. Tunggu aku ya^^ dan jangan pasang muka jelek sambil mengaduk-aduk
kopimu!
Baekhyun yang ada di café tersentak
melihat pesan balasan dari Kyungsoo. bagaimana? Gadis itu tahu ia sedang
mengaduk-aduk kopi dengan muka bosan? Ohaha dukun-_-
Kembali ke Kyungsoo, dia
terkikik geli melihat balasan temannya itu.
From: Baekhyun
Hey dukun! Paranormal atau
sebagainyalah-_- darimana kau tahu aku sedag bosan sambil mengaduk-aduk kopi.
Bahkan Chanyeol saja tidak pernah bisa menebak sesempurna itu-_- kau
benar-benar dukun ya Kyung?
To: Baekhyun
Tentu saja bukan baka! Aku
bukan dukun! Aku hanya menebak. Apa salahku? Ah sudahlah, kita lanjut di café
saja.
…
Anggap saja Kyungsoo sudah
sampai Kyoto. Dari stasiun, gadis itu menaiki bus sampi halte dekat sekolah
yang sudah dipastikan dekat juga dengan café. Sial sekali, jalanan
sedang tidak terlalu ramai hari ini.
Lampu belum menunjukkan
hijau untuk pejalan kaki, namun merasa jalanan memang sepi Kyungsoo menyebrang
begitu saja. Mungkin dewi fortuna sedang tidak bersamanya, karena dari arah
kanannya Lamborghini hitam meluncur dengan kecepatan yang bisa
dibilang sangat cepat.
Gadis itu tidak sadar,
salahkan headseat yang ada dikedua telinganya sehingga tidak
mendengar suara klakson mobil mahal itu. Salahkan ia juga yang sibuk mengetik
pesan kepada Baekhyun untuk mengatakan aku sudah dekat. Send!
Pesan itu terkirim.
BRAK!
Mungkin mereka yang ada
dalam café sangat beruntung karena dapat melihat adegan tabrak
lari secara live. Mereka disana dapat melihatLamborghini hitam
menabrak tubuh seorang gadis. Dan membuat gadis itu terpental sebanyak sekian
meter. Kemudian menabrak tiang listrik setempat dan terjatuh begitu saja.
Membuat sekitarnya menjadi lautan darah.
Baekhyun –salah satu
pengunjung café itu juga melihatnya. Lebih parahnya, ia
mengenal seorang yang ditabrak. "Ambulance" lirihnya. Ia mengambil
ponselnya dan segera menelepon ambulance. Dengan kekuatan yang ia punya –berani
tidak berani ia menghampiri gadis yang tertimpa nasib naas tersebut. Sama
seperti pengunjung lain yang juga menghampiri.
"Sumimasen [permisi]"
untung sekali badannya yang kecil dapat mudah menyelinap di kerumunan orang.
"Kyung" benar, gadis itu dikenalnya. Bahkan denga jepitan sakura yang
ada di rambut korban yang sudah diliputi darah.
Lutut Baekhyun bercumbu
dengan bumi. Matanya berkabut. Ia ingin menangis sekarang. "Kyung"
lirihnya. "Apa –apa kau mendengarku?" dengan takut-takut Baekhyun
mengguncang bahu korban kecelakaan itu yang juga diliputi darah. "Kyung,
ja –jangan mati"
Untung sekali ambulance
datang tidak lama. Dan segera menganggkut tubuh korban atau –Kyungsoo. Juga
Baekhyun yang ikut.
Alat bantu pernapasan
segera dipasang pada Kyungsoo. Darah yang masih mengalir berusaha dihentikan
oleh perawat yang ada disana.
"Kyung, bertahanlah"
lirih Baekhyun. "Jangan –mati" Baekhyun terus berkata lirih. Gadis
itu berusaha sekuatnya menepis phobia pada darah yang dialaminya. Ini Kyungsoo
–Baekhyun hanya ingin menolong temannya.
~o~
Anggap Jongin sudah sampai
di Korea. Namun Jongin kecewa, bukannya orang tuanya yang menjemput
justru bodyguard-bodyguard keluarga Kim. Bukan itu yang
Jongin inginkan.
Sampai pada kediaman
keluarga Kim di Korea, baru orang tuanya menyambutnya.
"Selamat datang,
anakku" sambut Nyonya Kim.
"Bagaimana perjalananmu?"
tanya Tuan Kim.
"Kenapa bukan kalian
yang menjemputku?" Jongin justru balik bertanya. "Kenapa harus bodyguard-bodyguard bodoh
itu yang menjemputku?" jangan kira Jongin tidak bisa bahasa Korea ya!
"Mianhae, kami sangat
sibuk" jawab Nyonya Kim dengan tampang dibuat seakan bersalah. Nyonya, kau
memang salah.
"Ya! Sangat sibuk!
Itulah alasan kalian selama ini. Tidak menemaniku di Jepang pun dengan alasan
yang sama. Tidak adakah waktu kalian untukku?" Jongin menumpahkan seluruh
amarahnya selama ini.
"Bukan begitu, dengar
kami …" sayangnya, ucapan dari Tuan Kim dipotong.
"Kalian tidak pernah
ada waktu untukku. Bahkan aku yakin kalian tidak tahu siapa wanita yang dekat
denganku. Huh?" telak! Tuan dan Nyonya Kim dipojokkan dengan kata-kata
Jongin barusan. Mereka memang tidak tahu.
"Ah, aku yakin dia
adalah wanita cantik dan elegan yang terkenal di sekolah kan?" terka
Nyonya Kim. "Aku yakin kau pasti mendapatkan dengan mudah wanita nomor
satu"
"Untuk soal wanita
nomor satu, itu benar. Gadis paling terkenal di sekolahku pun jatuh ke
tanganku. Sayangnya aku tidak tertarik dengan gadis menor seperti itu. Ada
seseorang yang jauh lebih baik" ujar Jongin panjang lebar.
"Sudahlah nak, ayo ke
kamar dan segera istirahat" Tuan Kim yang jengah dengan kelakuan anaknya
itu segera mendorong anaknya ke kamar.
Di kamar, Jongin segera
merebahan dirinya. Mengambil ponsel dan mengirim e-mail pada
temannya. Ya, teman yang ditemuinya di jejaring social. Dan mereka berhubungan
melalui e-mail.
To: Oh Sehun
Hey Sehun, aku sudah di
Korea. Besok bisa bertemu? Aku ingin bercerita.
Send! E-mail tersebut
dikirim oleh Jongin. Tak berapa lama, ia mendapat balasan.
From: Oh Sehun
Ya, baiklah. Coba café yang
terletak dekat SOPA. Disana enak!
Jongin belum hafal Seoul,
mungkin ia akan minta diantarkan salah satu bodyguard bodoh
itu –menurutnya.
To: Oh Sehun
Baik. Aku akan kesana.
Setelah selesai dengan
Sehun. Jongin mengetik sebuah e-mail untuk seseorang.
To: Do Kyungsoo
Neesan, aku sudah sampai.
Apa kau sampai rumah dengan aman? Aku harap iya. Ah besok aku akan bertemu
dengan temanku yang pernah kuceritakan itu. Tenang saja, aku akan hati-hati
kok. Neesan jaga diri disana ya? Dan jangan lupa rindukan aku!
Jongin
Sayang sekali Jongin, Neesan-mu
tidak sampai rumah melainkan rumah sakit. Kau tidak tahu? Baekhyun belum
memberitahumu. Aku harap gadis itu cepat memberimu kabar.
~o~
Matahari bersinar terang
–hingga menyilaukan. Gadis dengan surai sebatas pinggang itu mau tak mau
terbangun. Bukan diatas ranjangnya –melainkan diatas hamparan rumput dan
bebungaan. Dimana dia? Sungguh ia yakin ini bukan Kyoto.
"Ini dimana? Ini bukan
Kyoto" gumamnya. Matanya yang bulat bertambah semakin bulat melihat
hamparan rumput hijau ditambah bebungaan yang tak habis dipandangannya.
Hey Kyungsoo, ini sudah
pagi. Harusnya kau bangun!
Gadis itu tahu suara yang
didengarnya. Itu suara temannya.
"Aku sudah bangun. Dan
dimana kau –Baekhyun?" tidak ada. Nihil. Sepanjang matanya memandang hanya
ada rumput dan bebungaan. Serta langit biru nan cerah sebagai latar.
Kyung, layar ponselmu
retak. Retak seperti diagonal. Tapi ini masih menyala, dan lihat banyak e-mail masuk
dari kohai itu.
"Baek, apa kau tidak
mendengarku?" gadis itu kembali bersuara. Namun tiada jawaban. "Dan
–ya ampun dimana aku sekarang ini?"
Kau tahu apa Kyung? Kohai itu
sampai Seoul dengan selamat. Kau harusnya bahagia. Dan ia terus mengirimu e-mail dari
semalam. Tidakkah kau ingin bangun dan membalas e-mail-nya. Kasihan
dia –pasti menunggu balasanmu.
"Bangun? Jadi –aku
tertidur? Apa ini alam mimpi? Tapi kenapa begitu nyata? Aku ingin
membalas e-mail dari Jongin, tentu saja Baek. Tapi bahkan aku
tertidur, jadi bagaimana bisa aku –membalasnya? Ya ampun, aku bingung"
gadis itu –Kyungsoo mengusak rambutnya frustasi. Ia tidak tahu harus melakukan
apa.
Kyung, aku membolos lho.
Untuk menemanimu. Orang tuamu bilang, kau koma atau apalah itu. dan mereka tahu
dari dokter. Dan aku akan mendampingimu –sungguh. Oh, dank au pasti tidak ingin
Kim Jongin tahu keadaanmu. Kau tidak ingin membuatnya khawatir kan? Aku
mengerti dirimu.
"Tidak Baek, jangan
membolos karenaku. Jadi aku koma ya –dan ini adalah alam bawah sadar? Aku baru
tahu kalau ini begitu –indah. Ya, jangan pernah kau beritahu Jongin, nanti dia
khawatir dan aku tidak mau itu" Kyungsoo duduk pasrah. Matanya memandang
jauh sekali –entah kemana.
Telinganya mendengar isak
tangis Baekhyun –temannya itu. Kedengarannya pilu sekali. Dan itu terasa
seperti ada sembilu menyayat-nyayat Kyungsoo. Ia tidak suka temannya menangis.
Namun percuma jika dirinya mencoba berbicara dengan Baekhyun –karena Baekhyun
tidak akan mendengarnya.
"Aku ingin kau ada
disini –Jongin. Aku ingin kau ada disampingku. Aku kesepian. Please, be
by my side –Kim Jongin" Kyungsoo mendesah pelan. Percuma meminta,
percuma memohon, percuma berbicara. Semuanya hanya akan sia-sia.
"I'm stupid. Really
stupid. Because I have to let you gone –Kim Jongin"
"I want you to be
by my side"
"I'm lonely without
you. Please, be by my side"
~o~
Jongin duduk sendiri
disalah satu tempat di café dekat SOPA. Ia menunggu seorang
namja yang sama seperti foto di ponselnya. Namun namja itu belum menampakkan
diri.
Entah benar atau tidak,
Jongin merasa ada sesuatu yang terjadi pada Neesan-nya. Karena
sudah banyak e-mail yang dikirimnya, namun tidak ada satu pun
yang dibalas. Ia tahu Kyungsoo biasaya akan cepat membalas.
"Neesan, kau
baik-baik saja kah? Aku khawatir" Jongin menggumam kecil sambil memandangi
foto di dompetnya. Foto waktu ia dan Kyungsoo sewaktu kecil –dengan bunga
sakura ditanga mungil Kyungsoo. "Apa terjadi sesuatu yang buruk
padamu?"
Seseorang menepuk bahu
Jongin cukup keras. "Hey, kau yang bernama Kim –Kim –Kim –Jongin?"
cukup susah untuk namja itu mengingat nama orang yang dicarinya.
"Kau pasti Oh
Sehun?" namja dengan kulit seputih susu itu mengangguk. "Dan aku Kim
Jongin –duduklah" namja itu –Sehun duduk dihadapan Jongin.
"Kau lebih hitam dari
yang di foto! Sebaiknya aku memanggilmu –Kkamjong" ya! Sudah cukup
bagi Jongin dikatai kuro[2] selama di sekolahnya dulu. Ia tidak mau
dipanggil dengan hal yang berbeda namun memiliki arti sama itu. Hitam.
"Terserah"
tanggapnya. Sudahlah, ia sudah bosan. Toh mau tak mau ia tetap dipanggil
sseperti itu. "Dan aku akan memanggilmu –mayat hidup"
Sehun tidak terkejut, toh
ia memang seperti mayat hidup. Kulitnya terlampau putih dan ia juga
jarang berekspresi. Tidak. Ia berekspresi –seperlunya saja. "Jadi, apa
yang mau kau ceritakan?"
"Tentang Nee –Noona-ku"
ujar Jongin pelan.
"Cerita saja"
Sehun menyeruput bubble tea yang entah kapan datangnya.
"Sejak sampai disini,
perasaanku terus tidak enak. Aku merasa seperti terjadi sesuatu padanya. Aku
khawatir. Sejauh ini –dialah satu-satunya makhluk hidup berjenis kelamin
perempuan yang aku cintai. Jangan tanya tentang Ibuku. Aku tidak mencintainya.
Bagaimana mungkin aku mencintainya jika ia saja tidak pernah merawatku secara
langsung. Yang merawatku secara langsung selalu saja –Noona itu" Jongin
becerita begitu saja. Menumpahkan seluruh emosinya.
"Wow kawan. Sudah
berapa lama kalia berhubungan?" tanya Sehun santai.
"Sejak umurku 5 tahun
dan dia 6 tahun" jawab Jongin.
"Berapa umurmu
sekarang?" Sehun kembali bertanya.
"Hum –16"
"16 kurang 5 sama
dengan –sepuluh –sebelas! Ya ampun, kawan! 11 tahun, ikatanmu sangat kuat
dengannya. Dan aku yakin, tentang perasaanmu –sekitar 95% benar" ujar
Sehun dengan perhitungannya. Ia pandai dalam matematika.
"Itu membuatku semakin
cemas bodoh!" Jongin merutuk dalam hai apakah anak didepannya ini harus
dikatakan polos –pintar atau bodoh?!
"Jika aku yang baru
kenal 4 tahun dengan Luhan-jiejie saja mempunyai perasaan yang
akurat sekitar 50% satu sama lain. Apalagi kau yang 11 tahun? Bisa 100% juga
kawan!" Sehun mulai dengan perhitungannya lagi.
"Ah aku pusing!"
Jongin merebahkan kepalanya pada meja café. "Aku belum siap
kehilangannya" entah kenapa justru kalimat ini yang keluar dari mulut
Jongin. "Please, be by my side always –Do
Kyungsoo"
"Sudahlah! Tidak
sepenuhnya benar kok, ayo kita keliling Seoul!" Jongin mengiyakan ajakan
Sehun. Ia mungkin harus me-refresh otaknya. Mungkin saja ia masih
dalam efek jetlag? Ya, mungkin saja.
~o~
Hari ini Baekhyun sengaja
mengambil absen dari sekolah. Ia ingin menjaga Kyungsoo –temannya. Baekhyun
sebenarnya tidak begitu suka rumah sakit. Apalagi ditambah dengan bungi pip
pip yang memenuhi ruangan yang dipakai Kyungsoo. Kalian mengerti kan?
"Apa kata Urushima-sensei jika
tahu kau –yang notabene adalah murid kesayangannya tidak masuk sekolah? Dia
pasti galau Kyung" Baekhyun memang sedari tadi bicara dengan Kyungsoo yang
bahkan tidak bergerak sama sekali. Dan ia baru menyebut guru fisika mereka.
"Yah dan apa kata
Miharu-sensei kalau aku tidak masuk kelasnya? Ya ampun, aku ini
murid kesayangannya. Suaraku bagus. Kau juga murid kesayangannya –suaramu juga
bagus. Ya ampun, sekarang aku yang galau" dan sekarang dia menyebut guru
musik mereka.
"Dan aku tidak ingin
mendengar Takegawa-sensei mengomel karena si bodoh Baekhyun
yang memang sudah bodoh dalam matematika tidak masuk di kelasnya" yah,
kalian tahu guru apa tadi yang disebut Baekhyun.
"Aku tidak ingin Senpai tiang
listrik itu khawatir akan aku. Sama seperti kau yang tidak mau Jongin khawatir
karenamu –hah" kali ini Baekhyun membuang nafas panjang. Sudah habis
ceritanya. Belum tentu.
"Kyung, aku pergi dulu
sebentar ya? Tidak lama kok, aku akan kembali" Baekhyun berpamitan pada
Kyungsoo. Dan gadis itu keluar dari ruangan itu.
~o~
Hari menjelang malam,
Jongin sudah ada dalam kamarnya. Diatas kasur ukuran king size iliknya.
Ia memandangi lukisan bunga sakura yang ada di dinding sebelah kamar. Ah mengingatkannya
pada suatu peristiwa.
"Kireii desu ne~"gadis
kecil itu selalu mengagumi sakura. Tak peduli sesering apapun ia telah
melihatnya. Bahkan setiap tahun ia melihatnya.
"Aih, ya sakura
memang selalu cantik. Sama seperti Kyung-neechan, selalu cantik"
entah darimana Jongin kecil belajar kalimar cheesyseperti itu.
Terdengar gombal, namun
manis ditelinga gadis itu.
"Arigatou"
Jongin tersipu mengingat
sepotong peristiwa dari sejarah hidupnya. Ia pun bingung dimana ia belajar
kalimat tersebut. Bahkan Appa-nya tidak ada disekitarnya untuk mengucapkan
kalimat semacam itu untuk Umma-nya. Mungkin itu dari otaknya sendiri. Mungkin.
"Kyung-neechan"
Jongin mengucap nama panggilan untuk orag yang disayangnya itu. Yah, tapi kan
itu dulu.
"Aku rasa aku merindukan
memanggilmu begitu" gumamnya. Ia tersenyum sendiri. "Kyung-neechan"
Jongin tenggelam dalam alam
bawah sadarnya. Memasuki alam mimpi dan ia menemukan sesuatu yang sangat indah.
Kyung-neesan. Doushite
anata wa koko ni eru yo? [kenapa kau berada disini?]
.
.
.
Ketika
umur Jongin beranjak 23 tahun,
Sudah – 7
tahun berlalu …
.
.
.
Kim Jongin.
Siapa yang tidak mengenal
nama itu? Namanya begitu tersohor bahkan sampai negeri seberang. Setelah lulus
perguruan tinggi, Jongin beralih pada perusahaan yang diturunkan oleh Appa-nya.
Perusahaan itu berkembang pesat dibawah pimpinan Jongin. Menjadi perusahaan
yang amat tersohor.
Namun selalu ada yang
mengganggu pikiran Jongin. Selalu itu. Dan hanya itu. "Apa Kyung-neesan sekarang
masih mengenaliku?"
Entah kebetulan atau tidak,
kali ini Jongin punya urusan dengan negeri sakura tersebut. Membuat dirinya
harus terbang kembali kesana. Dan kebetulan sekali, pertemuan dengan rekan
bisnisnya itu ada di sebuah kedai teh di –Kyoto.
Jongin tersenyum sepanjang
perjalannya. Bunga sakura bertebaran dimana-mana. Memang kebetulan –ini musim
semi. Ah, bagaimana kabar taman bermain itu? Dan bagaimana dengan –dia?
"Jadi, Takaheru-san –deal?"
Jongin menodongkan tangannya didepan pria paruh baya itu –rekan bisnisnya.
"Deal"
pria itu menjabat tangan Jongin. Selesai sudah urusan Jongin.
Jongin mengendarai mobilnya
dalam diam. Ia hanya menikmati pemandangan disekitarnya. Warna pink dimana-mana.
Cantik. Tujuannya sekarang –taman bermain.
Tidak lama untuk mencapai
tempat itu. Jongin keluar dari mobil setelah memarkirnya di tempat yang aman.
Ia duduk di salah satu kursi yang tersedia. Memandangi anak-anak kecil bermain
–jadi nostalgia.
Di salah satu sudut dari
taman bermain, Jongin dapat melihat seorang wanita sedang duduk diatas ayunan.
Mata bulat milik wanita itu memandang kagum bunga sakura yang tepat berada
diatas kepalanya. Ya, karena ayunan itu terpasang pada pohon tersebut.
"Aku seperti
–mengenalnya" gumam Jongin. "Dia terlihat sangat mirip dengan –Neesan"
Jongin mengamati kembali wanita itu. Berharap dugaannya tidak salah.
Wanita itu mengenakan dress dengan
warna soft pink yang tampak cocok dengan kulitnya yang
menyerupai porselin. Bibirnya berwarna pinkdan bentuknya seperti –love.
Dan bibir yang kelihatan manis itu –bagi Jongin– sedikit membuka. Poninya rata
dan rambutnya terurai panjang terbawa angin. Jongin seperti mengenali bando yan
dikenakan wanita itu.
"Bandonya –sakura.
Mungkinkah dugaanku benar?" dengan ragu Jongin mendekati wanita itu.
setelah merasa cukup dekat, Jongin berdehem –bermaksud
menegur. "Ekhem. Sumimasen"
Wanita itu menengadah.
Memberhentikan permainannya. "Maaf Tuan –siapa?" tanya gadis itu. dan
Jongin bersumpah suaranya sangat lembut. Dan ia berani bersumpah lagi pernah
mengenali suara itu.
"Apa kau –Do Kyungsoo?"
Jongin balik bertanya. Wanita itu yang matanya memang sudah bulat lebih
membulat lagi. "Apa aku benar?"
"Kau –darimana kau
tahu namaku?" wanita itu benar tidak habis pikir darimana orang ini tahu
namanya. Ya –dia Kyungsoo kita. Dia selamat dari kecelakaan maut itu.
"Bandomu" jawab
Jongin santai. Jongin memiringkan kepalanya –mengataati orang yang sangat
dirindukannya.
Kyungsoo menyentuh bando
yang dipakainya. Bando dengan hiasan bunga sakura.
Jongin mengelus tengkuknya.
Jujur saja ia sedikit kikuk. "Tebak siapa yang kembali –Neesan? Tadaima"
ujar Jongin sambil tersenyum lembut.
Lagi-lagi mata Kyungsoo
bertambah bulat. "Kau Jo –Jongin?" tanyanya. Jongin mengangguk.
"Kau –kembali. Okaeri –otouto" sontak
Kyungsoo bangun dan menubruk Jongin begitu saja. Mendekapnya erat.
"Aku
merindukanmu, Nee" bisik Jongin tepat pada telinga Kyungsoo.
"Aku juga
merindukanmu" balas Kyungsoo. Ditenggelamkan kepalanya pada dada bidang
Jongin.
Jongin melepas pelukannya,
memandang Kyungsoo yang lebih pendek darinya. "Hey Neesan, kau
tahu apa?" lelaki itu mendekatkan kepalanya pada telinga Kyungsoo.
"Aku selalu menemukan keindahan dekat bunga sakura" ujarnya lembut.
Dawai angin menyambut
mereka. Membawa helaian rambut Kyungsoo dan Jongin bermain. Mengajak
kelopak-kelopak pink sakura terbang menjelajah angkasa biru
nan luas.
"Ya –mereka
indah. Kireii desu ne~" sahut Kyungsoo sambil tersenyum.
Kesukaannya pada sakura tidak hilang sejak dulu. Bahkan telah berates bahkan
beribu kali ia melihat sakura.
"Bukan sakuranya"
balas Jongin. "Mereka memang indah. Tapi ada yang lebih indah"
sambungnya kemudian.
"Hah? Apa?"
Kyungsoo menengadah. Menatap Jongin dengan tatapan penasaran yang akut.
"Beritahu aku!"
"Dirimu" balas
Jongin sambil menunjukkan sederetan gigi putihnya.
"Hah?" Kyungsoo
terkejut –atau tidak mengerti maksud Jongin? Antara itu.
"Dirimu lebih indah
dari sakura sekalipun" Jongin mengulangi perkataannya. Membuat
semburat pink muncul dikedua pipi chubby milik
Kyungsoo.
"Arigatou"
balas Kyungsoo pelan. Ia tersanjung –juga malu dipuji seperti itu oleh Jongin.
Jongin menarik Kyungsoo
kedalam pelukannya. Ia menyandarkan dagunya pada bahu sempit Kyungsoo.
"Jeongmal saranghae. Please, be by my side always –and
never have to go"
"Jongin …"
"Sst …" Jongin
memutus omongan Kyungsoo. "Just tell me –what is the answer?"
ujar Jongin pelan.
Angin kembali menemani
mereka. Menyapu lembut kulit mereka. Kembali membawa helaian rambut bermain.
Dan kembali mengajak terbang kelopak sakura.
"Nado saranghae. I'll
always be by your side –and never have to go. Do the
same things okay?"
"Okay"
.
.
.
-The End-
[1] neechan: ini sama artinya dengan Onee-san atau Neesan untuk
bentuk singkatnya, yang mempunyai arti kakak perempuan. Nah, Neechanini
bentuk imutnya. Begitulah~
Neesan, suki da yo:
tadi sudah tahu arti dari Neesan kan? Nah untuk suki
da yo ini artinya adalah aku menyukaimu. Jadi, arti lengkapnya adalah
–kakak, aku menyukaimu.
Watashi mo, suki
da yo: barusan juga sudah tahu arti dari suki da yo. Arti
dari watashi mo ini adalah aku juga. Jadi, arti lengkapnya
adalah –aku juga menyukaimu. Gak mungkin kan kalo jadinya aku juga, aku
menyukaimu. Jadi dibuat simple-nya aja. Ehehe
[2] kuro: kuro itu
salah satu warna. Kuro adalah hitam.
Terimakasih :))
Contoh :
Dari: Rbroseff@gmail.com (jika menggunakan email. Akun FB/Twitter dimasukkan jika berkomentar sebagai Anonymous)
Isi komentar:
Like (wajib)
Saya suka FF ini. Keren. Semangat ya, semoga menang :))) (bebas mau berkomentar apapun)
3 komentar:
no bad (Y)
Like
Wah! Bagus thor, keren. Terimakasih :))
Rbrose(s)
Like
Yuhu! KaiDo shipper =)))) Ngebayangin D.O oppa secantik apa, wkwk
Posting Komentar