Simpan template dan lihatl Red Bubble Rose: 90 Days Memories "FF Lomba"

Minggu, 27 Juli 2014

90 Days Memories "FF Lomba"

Judul : 90 days Memories
Author : Boice
Genre: Romance
Cast artist: CNBlue


Krystal’s POV

 “Oppa!” Mataku dengan cepat menangkap bayangan Minhyuk oppa, kakak kelas satu tingkat sekaligus kekasihku. Tidak mudah bagiku untuk mendapatkannya. Sepuluh kali penolakan darinya kuterima sebelum akhirnya ia mengizinkanku memilikinya. Jangan tanyakan tentang harga diri, aku rasa akal sehatku benar-benar hilang bila menyangkut tentangnya.

“Kau belum pulang, Krys-ah?” Tanyanya padaku.

“Ne. Oppa, jangan memanggilku dengan nama seperti itu. Krystal, panggil aku Krystal.” Protesku.

“Hahaha, bukankah itu sama saja? Aku hanya menyingkatnya.” Jawabnya santai. “Apa yang kau lakukan disekolah? Bukankah kau pulang satu jam lebih dulu dariku?” tanyanya masih dengan pertanyaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya.

“Apa lagi kalau bukan menunggumu, oppa.” Jawabku sekenanya. Karena menurutku, menunggunya sepulang sekolah adalah kebiasaanku yang seharusnya tidak perlu ditanyakan lagi.

“Ya! Lain kali kau tidak perlu menungguku seperti ini. Aku bukan anak kecil, arra.” Perintahnya padaku.

“Shireo. Oppa, kau itu cukup tampan untuk menarik perhatian gadis-gadis disekolah. Jadi aku tidak akan melepaskan sedikitpun pandanganku darimu.” Ucapku, melipat kedua tanganku didepan dadaku yang mengartikan bahwa aku sedang tidak bercanda.

“Beruntung karena kau cantik Krystal.” Salah satu tangannya mulai mengacak-ngacak rambutku.

“Mwo? Jadi Oppa akan meninggalkanku begitu aku sudah tua dan tidak cantik lagi?”

“Mmm..” Minhyuk oppa terlihat berpikir,rasanya menyebalkan melihat ekspresinya yang seperti itu “Mungkin sebelum kau menjadi tua, Krystal-ah.” Sambungnya dengan tawa yang cukup nyaJungg ditelingaku.

“Oppa, itu tidak lucu sama sekali.” Balasku beberapa saat sebelum ia merangkul ku.

“Kajja, aku tidak mau pulang larut malam.”
**##**
Angin malam membuatku terbangun dari tidurku.

“Ah, pantas saja.” Ucapku mulai beranjak dari tempat tidurku untuk menutup jendela kamar yang terbuka. Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Tidak biasanya aku bangun sepagi ini. Entah mengapa rasanya aku meJungdukan Minhyuk oppa, sangat meJungdukannya.

Tanpa ba.bi.bu, segera kuraih ponselku yang tergeletak diatas meja belajar. Menekan-nekan tombolnya, mengetikkan sebuah pesan.

From        :Krystal
To             : Minhyukkie
Oppa, aku meJungdukanmu.

Aku pikir baru akan mendapatkan balasannya besok pagi, dan ternyata dugaanku salah. 10 detik setelah pesan itu terkirim, oppa membalasnya.

From        :Minhyukkie
To             : Krystal
YA! Apa kau ingin mengganggu tidurku. Kalau kau belum mengantuk, jangan mengganggu tidur orang lain, arra.

“Aish, kekasih macam apa yang membalas pesan yeojachingu-nya seperti ini.” Gerutuku tepat sebelum sebuah pesan mengalihkan perhatianku kembali.

From        :Minhyukkie
To             : Krystal
Jangan coba-coba untuk menggerutu, itu akan membuatmu terlihat lebih tua dari umurmu. Dan jangan harap aku akan tetap bersamamu. Cepat tidur, dan jadilah gadis yang cantik untukku.

Aku yakin, Minhyuk oppa tidak punya kata-kata romantis sedikit pun untukku. Semua percakapan diantara kami hanya seperti percakapan antara senior dan juniornya, sedikit menyedihkan memang, tapi aku tetap mencintainya.

Segera kuraih kembali selimut menutupi tubuhku. Seperti pesannya, aku harus tetap terlihat cantik jika ingin terus bersamanya.

**##**
Minhyuk’s POV
“Oppa,apa kau sudah makan obat?” Tanya adikku Hyera yang melihatku sibuk memainkan kamera.

“Mmm” jawabku masih dengan pandangan terfokus pada layar kamera didepanku yang menampilkan foto Shin Krystal, kekasihku. Sudah satu minggu aku tidak menemuinya. Liburan keluarga, itu yang aku katakan padanya.

Pada awalnya ia sedikit marah denganku yang tiba-tiba tidak masuk sekolah dengan alasan seperti itu. Tapi, setidaknya itu lebih baik daripada membuatnya khawatir dengan mengatakan alasan yang sebenarnya.

“Oppa, obat itu tidak akan berguna kalau kau tidak beristirahat. Aku tidak ingin melihatmu sakit-sakitan seperti ini.” Hyera mengambil paksa kamera itu dari tanganku. Kalau saja benang infuse tidak terpasang dilenganku, mungkin aku bisa merebutnya kembali.

Satu tahun sudah aku menderita penyakit ini. Pendarahan diotak, itu yang dikatakan  dokter. Mereka bilang, umurku tidak akan lama. Tapi dengan sebuah operasi Junggan dikepalaku, ada sedikit kemungkinan bagiku untuk sembuh. Sangat sedikit. Persentasenya hanya 15%. Keluargaku cukup sedih mendengarnya, begitu juga denganku. Disatu sisi aku benar-benar ingin sembuh, tapi disisi lain aku tidak bisa membebani appa yang baru saja dipecat dari kantornya karena dituduh menyembunyikan pelaku penggelapan uang perusahaan.

Aku harus memakan berbagai obat-obatan yang diberikan dokter. Setidaknya obat itu bisa membantuku untuk tidak merasakan sakit yang berlebihan dikepalaku, ditambah vitamin yang membuat fisikku terlihat seperti orang sehat lainnya.

 Kuraih pulpen dan kertas yang memang sengaja diletakkan disamping tempat tidurku. Menumpahkan segala hal yang ingin kukatakan tapi takut tak bisa tersampaikan. Mencurahkan segala isi hatiku yang selama ini hanya aku yang tahu. Saat-saat seperti ini, hanya itu yang bisa aku lakukan. Memangnya, hal apa lagi yang bisa dilakukan orang sakit sepertiku?

Pintu terbuka, menampakkan sesosok gadis yang sangat ingin kutemui saat ini.

“Krystal-ah!”

“Oppa, mianhae. Gadis ini memaksa untuk tetap masuk kedalam rumah.” Adikku Hyeri terlihat mengatur nafasnya yang mungkin hampir habis karena mengejar Krystal.

“Oppa, apa ini yang kau maksud dengan berlibur? Apa yang terjadi denganmu oppa?” Krystal mulai menangis. Otakku tidak bisa berpikir dengan jelas untuk mencari alasan yang tepat untuk menjelaskannya pada Krystal.

“Hyeri-ah, tolong bawa gadis itu pergi.” Hanya itu yang bisa kukatakan, tak ada yang lain. Krystal Jung, sangat sulit untuk menyakitinya.

“Shireo! Kau! Kenapa kau tidak memberitahuku bahwa Minhyuk oppa sedang sakit, eo? Wae? Apa kau masih membenciku? Hyeri-ah, kumohon, jangan bawa aku meninggalkan Minhyuk oppa.” Kulihat dengan sekuat tenaga Krystal berusaha melepaskan pegangan Hyeri yang terus menariknya keluar kamarku.

“Oppa! Oppa! Apa kau tidak ingin bertemu denganku? Oppa?!” Krystal terus-menerus berteriak.

Blam, pintu tertutup. Kudengar adikku sedikit membentak Krystal yang terus-menerus memaksa masuk. Kemana Eomma dan Appa? Kenapa mereka hanya diam dan tidak membantu Hyeri membawa Krystal keluar? Itulah sulitnya jika kedua orangtua menyukai kekasih anaknya.

“Oppa aku tidak peduli berapa lama kau akan berbaring ditempat itu. Selama kau tidak keluar menemuiku, maka aku tidak akan pulang.” Kata-kata itu yang kudengar dari Krystal sebelum ketenangan kembali menyelimuti rumahku. Memangnya seberapa lama gadis itu bisa bertahan? Paling, 2 jam lagi dia akan mengeluh dan akhirnya pulang. Gadis manja sepertinya mana mungkin menyia-nyiakan waktunya untuk berpanas-panasan demi menunggu orang sakit-sakitan sepertiku.

Jam telah menunjukkan pukul 7 malam dan hujan turun dengan derasnya. Appa memintaku untuk turun dan makan bersama. Aku tidak yakin Krystal masih menungguku didepan rumah tapi untuk memastikan, tidak ada salahnya, bukan?

“Aigo, kenapa dia keras kepala sekali. Apa dia tidak tahu jam berapa sekarang?” gerutuku yang melihat Krystal masih setia berdiri didepan rumahku. Dalam hitungan kurang dari 10 menit, aku sudah berdiri diambang pintu lengkap dengan 2 buah handuk bersih dan payung.

Krystal’s POV

Krek, pintu rumah Minhyuk Oppa terbuka. Akhirnya setelah sekian lama menunggu, Oppa mulai menemuiku. Berdiri dengan tegap meski masih dengan selang infuse ditangannya oppa memberiku 2 buah handuk kering dan menahan air hujan diatasku dengan payung yang dibawanya.

“Terimakasih, Oppa.” Ingin sekali rasanya aku memeluk tubuhnya kalau saja pakaianku tidak basah saat ini.

“Ne. Pulanglah, hubungan kita berakhir mulai saat ini.”

“Mwo?” Aku menatap mata Minhyuk Oppa penuh tanya. Apa maksud dari pernyataannya barusan? Setelah sekian kali ia menolak cintaku dan sekarang sesakit inikah rasanya diputuskan?

“Oppa, kenapa terlalu tiba-tiba? Apa-”

“Apa kau tidak paham dengan apa yang baru saja aku katakan? Aku memang tidak menyukaimu dari awal. Aku menerimamu karena merasa terlalu risih dengan sikapmu yang berkali-kali menyatakan perasaan padaku. Apa kau tidak sadar? Mana ada pria yang menerima gadis yang mengejar-ngejarnya? Memalukan, kau menjatuhkan harga dirimu dan keluarga kayamu, Nona Jung.”

Blam, pintu tertutup. Demi apapun itu, satu-persatu kata yang dikatakan Minhyuk oppa menusuk tepat dihatiku. Diputuskan secara tidak hormat, dihina dan sekarang ditinggalkan didepan pintu begitu saja. Apa aku benar-benar seburuk itu dimatanya? Apa aku? Ah, air mata ini sudah mengalir dengan derasnya tanpa aku aba-aba-i. Minhyuk oppa, aku masih butuh penjelasanmu.

Author’s POV

Dua bulan kemudian, setelah menghilang lama dan sempat mendapat teguran dari sekolah, akhirnya Minhyuk kembali melangkahkan kakinya kedalam sebuah gedung dimana remaja-remaja kebanyakan mengatakan bahwa gedung itu adalah dunia mereka.

“Kang Minhyuk-ah, kemana saja kau selama ini? Aigo, kenapa tubuhmu menjadi kurus seperti ini? Apa liburanmu tidak menyenangkan?” Cerocos temannya, Lee Jungshin. Minhyuk hanya tersenyum dalam diam. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya bahwa vitaminnya sudah tidak berpengaruh lagi bagi dirinya.

“Kau tahu? Krystal, apa yang terjadi padanya? Dia menjadi pendiam akhir-akhir ini. Ya, semenjak dia menanyakan alamat rumahmu padaku. Kau benar-benar keterlaluan tidak memberitahunya alamatmu.” Tambah Jungshin lagi. Dan untuk kedua kalinya Minhyuk hanya bisa diam atas segala ocehan temannya itu.

“Aish, sepertinya kau dan Krystal sama-sama terkena penyakit diam. Ya sudah, aku pergi dulu. Aku tidak ingin tertular penyakit diam-mu.” Setelah mengatakan itu, Jungshin berlalu pergi.

Bruk, tanpa sengaja Krystal menabrak tubuh Minhyuk dan refleks membuat mereka terjatuh.

“Ah, mianhae sunbaenim aku tidak melihat-” Dengan cepat Krystal menundukkan pandangannya begitu tahu bahwa dihadapannya saat ini adalah Minhyuk mantan kekasihnya. Meskipun begitu, ia tidak bisa menutupi raut wajah sedihnya melihat tubuh Minhyuk yang menjadi kurus.

“Mianhae, sunbaenim.” Ulang Krystal lagi sebelum pergi meninggalkan Minhyuk. Sementara itu Minhyuk masih berada diposisinya. Jungshin benar, Krystal sudah berubah. Ada sedikit kelegaan dan rasa kecewa dalam diri Minhyuk. Lega karena Krystal mulai belajar melupakannya dan rasa kecewa karena sepertinya Krystal terlalu cepat melupakannya.

“Krystal-ah, gomawo.”

**##**

Tok-tok, suara pintu diketuk. Krystal dengan malas beranjak dari tempat tidurnya. Rasanya malas sekali menyambut tamu jika kau tidak terbiasa melakukannya. Apalagi dihari minggu seperti ini, apakah para tamu selalu memanfaatkan hari libur untuk berkunjung?

“Ne-”

“Mianhae, jeongmal mianhae, Krystal-ssi.” Mata Krystal membulat begitu dilihatnya siapa yang telah mengetuk pintu. Tapi, dengan cepat ia mengendalikan ekspresinya.

“Wae? Apa kau juga ingin mengusirku dirumah kusendiri, eo?” Ketus Krystal

“Aniya. Aku hanya ingin memintamu untuk menemui Oppa-ku. Mungkin, hiks, ini terakhir kalinya kau bisa melihatnya.” Gadis yang ternyata adik Minhyuk atau Kang Hyeri itu mulai menangis.

“Mworago? Kemarin pagi, dia terlihat baik-baik saja. Apa kau ingin mengerjaiku? Lagipula apa hubungannya denganku, dia telah mencampakkanku didepan rumahnya.” Tolak Krystal, meskipun sebenarnya ia ingin sekali menemui mantan kekasihnya itu.

“Jebal. Aku tidak punya banyak waktu untuk menjelaskannya padamu. Satu yang harus kau tahu, Oppa sangat mencintaimu. Bahkan selama dua bulan terakhir, hiks, seusai pengobatan dia langsung memainkan kameranya hanya untuk melihat fotomu, hiks, jebal.” Hyeri berlutut tepat didepan kaki Krystal. Menunjukkan betapa memohonnya dia.

Sementara itu, Krystal dengan susah payah menghirup udara dengan tenggorokannya yang terasa sesak karena mendengar penjelasan Hyeri barusan. “Ne, aku akan menemuinya.”

**##**

“Oppa, aku bersama Krystal.” Ucap Hyeri tepat didepan pintu kamar rumah sakit tempat Minhyuk dirawat.

Sungguh, pemandangan yang dilihat Krystal saat ini benar-benar menyedihkan. Pemandangan yang sama seperti yang dilihatnya 8 tahun lalu ketika menanti malaikat maut mencabut nyawa appanya. Semua keluarga Minhyuk ada disana, lengkap dengan Jungshin dan beberapa teman dekat Minhyuk yang dikenal Krystal.

Dilihatnya kondisi Minhyuk yang benar-benar mengenaskan. Dengan hidung yang dipasangi selang oksigen, dan tangan kirinya yang dipasangi selang infus. Krystal mendekat, diraihnya tangan Minhyuk yang tidak terpasang selang infus. “Oppa, gwenchana?”

Minhyuk mengedipkan kedua matanya, mungkin sulit baginya untuk bicara dengan selang oksigen yang terpasang dihidungnya.

“Oppa, mianhae. Jeongmal mianhae, hiks, hiks.”

Krystal kembali memandang wajah orang yang dicintainya itu. Suasana haru kembali menyelimuti seisi ruangan itu tatkala Krystal berkata dengan candaannya, “Oppa,hiks,hiks  lihatlah, kau tetap tampan dengan kepala tanpa rambut seperti itu, dan aku sudah berdandan sebelum kemari. Tepatilah janjimu untuk tidak meninggalkanku selama aku masih cantik, eo hiks, hiks.”

Dengan suara yang sedikit serak dan tersenggal-senggal, Krystal menangkap balasan dari Minhyuk, “Uljima. Te-ri-ma ka-sih te-lah- men-ja-di yeo-ja-ku. Sa-rang-hae. Maaf ji-ka a-ku tak bi-sa me-ne-pa-ti Jan-ji-ku. Saranghae-”

Tiiiiiiiit-tiiiiiiiiiit, suara alat pendeteksi detak jantung berbunyi nyaring. Dengan cepat para suster dan dokter memasuki ruangan tempat Minhyuk dirawat. Meletakkan alat pacu atau kejut jantung ditubuh Minhyuk. Sementara beberapa suster lain menarik paksa Krystal, Jungshin dan yang lainnya keluar ruangan.

“ANDWAE!!! LEPASKAN AKU!!!!!! OPPA!!!!OPPA!!! KAJIMAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!! OPPAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!”


**##**

Tok-tok, suara pintu diketuk dengan sedikit keras dari luar rumah. Nyonya Jung yang melihat anaknya tak kunjung  membuka pintu akhirnya memerintahkan Lee ahjumma-pembantu mereka- untuk membukakan pintu.

Trauma? Mungkin itu yang dirasakan Krystal saat ini. Cukup sudah, untuk pertama kalinya ia menerima tamu, dan ketika itulah ia mendapat berita buruk.

“Nona, ada paket untukmu.” Ujar Lee ahjumma mengacaukan lamunan Krystal.

“Ne.” Dengan malas Krystal membuka paket tanpa tanda pengirim itu. Hanya stempel pos yang tertera disana.

“Sweater?” Mata Krystal tertuju pada sebuah sweater dengan rajutan yang cukup tidak rapi. Ia teringat cerita Minhyuk bahwa dihari jadi mereka, Minhyuk akan membuatkannya sebuah sweater. Dengan cepat Krystal membalik kotak paket itu dan menghamburkan segala isinya diatas meja tamu.

Sebuah disk, buku harian, buku foto dan sebuah surat berjatuhan dari dalam kotak itu. Dan, kertas suratlah yang menjadi perhatiannya pertama kali.

To : Jung Soo Jung or Nae Krystal

Annyeong, aku tidak berharap semua benda ini sampai padamu. Karena, jika itu terjadi maka itu berarti aku sudah tidak bisa berada didekatmu. Aku tidak yakin Jungshin yang mengirim paketku langsung padamu. Bisa jadi ia menggunakan jasa pos untuk mengirimkannya.

Tesss, air mata Krystal mulai berjatuhan meski tidak deras.

Hari ini tertanggal 3 April 2008 pukul 14:00. Kau ingat hari itu? Aku rasa tidak, karena ingatanmu buruk, hehehe. Biar kuingatkan, ini adalah hari pertama aku kembali kesekolah setelah sekian lama cuti. Alasanku untuk kembali kesekolah bukan karena teguran dari kepala sekolah. Tapi, karenamu Soo Jung-ah. 2 bulan pulang-pergi kerumah sakit tanpamu bukanlah hal yang menyenangkan bagiku. Sulit bagiku untuk menemuimu, ditambah kedua orang tuaku yang melarangku untuk pergi kelain tempat selain rumah sakit. Aku tidak tahu, apakah hari ini adalah hari terakhirku untuk melihatmu.

Krystal kembali mengambil jeda, air matanya terus menerus mengalir seiring dengan setiap kata yang dapat dibaca otaknya.

Tapi, aku cukup senang mengetahui bahwa kau mulai belajar melupakanku. Saranghae Soo Jung-ah. Ingat aku selalu, Minhyukkie J

“Oppa, bagaimana aku bisa melupakanmu kalau kau terus menerus membayangiku, hiks” Masih dengan tangisannya, Krystal memutar Disk yang masih satu paket dengan surat dari Minhyuk tadi.

Film mulai berputar. Layar menunjukkan angka 90 yang dengan cepat berhitung mundur dan berganti dengan wajah Minhyu yang tersenyum ceria masih dengan wajah yang bugar lalu berganti dengan sorotan wajah Krystal yang sedang tertidur ditaman sekolah.

“Huwa, lihatlah wajah cantik itu. Jungshin-ah, kau tau siapa gadis itu?” Ucap sebuah suara yang seperti suara Minhyuk.

“Molla.”

“Aish. Ah Seandainya aku bisa mendapatkannya.”

Tess, kini air mata Krystal mengalir sangat deras. Bagaimana tidak? Jelas-jelas apa yang dikatakan Minhyuk barusan berarti bahwa Minhyu menyukai Krystal.

Layar kembali berganti adegan dengan sorotan yang masih sama, wajah Minhyuk dan Krystal ketika masih bersama dulu. Aksi konyol dan kekanak-kanakan mereka, gambar dimana diam-diam Minhyuk mencium pipi Krystal ketika Krystal tertidur, gambar dimana semua kenangan menyenangkan yang hanya mereka berdua yang tahu, tersimpan rapi didalam disk itu.

“Oppa, kalau kau mencintaiku, kenapa kau terlalu cepat meninggalkanku? Hiks,hiks,hiks. Aku benar-benar gila karenamu, Oppa.” Tangis Krystal.

Dan kini, layar menunjukkan angka 1 setelah bergerak dari angka 90. Di angka satu itulah, sebuah rekaman suara dimana Minhyuk memutuskan Krystal secara tidak hormat diputar. Lalu layar hitam itu kembali berubah, menampilkan wajah Minhyuk yang sepertinya habis menangis.

“Mianhae Krystal. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan hidup. Maafkan aku atas apa yang barusan aku lakukan. Aku benar-benar tidak tahu sampai kapan aku akan menemanimu. Seluruh rasa cintamu padaku terlalu manis, sehingga sulit bagiku untuk membuangnya. Maafkan aku jika perjuanganmu selama ini untuk menjadi kekasihku aku akhiri sampai hari ini. Karena, jujur. Sulit bagiku untuk tidak menyakitimu jika terlalu lama bersama. Annyeong.Maaf jika pertemuan singkat kita ini hanya membuatmu menyesal. Aku mencintaimu, Krystal Jung.”

Plip… Lagi, untuk kesekian kalinya Krystal menangis. Apa yang baru saja dilihatnya adalah pengakuan cinta terbesar dari orang yang dicintainya. Seandainya ia tidak mencintai Minhyuk, maka ia tidak akan pernah merasakan sakit sedalam dan separah, seandainya ia tidak mencintai Minhyuk mungkin saat ini ia tidak perlu diliputi rasa kehilangan sedalam ini dan seandainya ia tidak mencintai Minhyuk, ia tidak akan pernah merasakan betapa tulusnya rasa cinta itu.

“Oppa, seberapa jauhpun kau pergi meninggalkanku, aku tidak pernah menyesal mencintaimu.”


-Tamat-

1 komentar:

SIVAPUTRI STORY mengatakan...

bikin baper tau chingu ceritanya keren

Posting Komentar