Simpan template dan lihatl Red Bubble Rose: My 2 Days "FF Lomba"

Minggu, 27 Juli 2014

My 2 Days "FF Lomba"

Judul : My 2 days
Author : Kyunggieee
Genre: Romance
Cast artist: Exo


Alunan musik piano mengalun merdu dengan iringan suara indah yang terkesan sangat dalam. Membuat siapapun yang mendengarnya dapat merasakan apa yang dirasakan sang pemain piano itu. Han Ga Eun, dengan lancar membiarkan jari-jari tangan jenjangnya menari diatas tuts-tuts piano. Melarutkan dirinya sendiri kedalam khidmat lagu yang dinyanyikannya. Meskipun sesekali tetesan air mata jatuh menetesi wajah putih manisnya. Satu misi yang belum selesai dan waktunya hampir tiba.

_000_
“Ya! Kembalikan bukuku kalau kau masih ingin hidup!” Pekik Baekhyun.

“Shireo! Kalau kau menginginkannya,kau harus mengambil sepatuku yang kau gantung diatas pohon itu.” Tangan Ga Eun menunjuk kearah sebuah pohon besar yang disalah satu dahannya tergantung sepasang sepatu sekolah perempuan.

“Apa gunanya aku melemparnya kesana kalau pada akhirnya akulah yang mengambilnya.” Balas Baekhyun tidak peduli. Mendengar penolakan Baekhyun, Ga Eun sama sekali tidak marah dan protes. Kakinya bergerak mundur perlahan dan,

Plukk…

Kini sebuah buku bergantung diatas daun-daun pohon besar tadi, menemani Sang sepatu yang mungkin kesepian.

“Ya! Kau tau? Didalam buku itu ada PR dari Yoona seonsengnim.” Jelas Baekhyun berapi-api melihat bukunya yang kini sudah berpindah tempat.

“Apa peduliku? Apa aku harus percaya begitu saja dengan semua perkataanmu? Bagaimana kalau kubilang bahwa didalam sepatuku ada sepeti emas, kau percaya dan peduli? Aku rasa tidak.” Balas Ga Eun acuh dengan kedua tangan yang dilipat didepan dadanya.

“Aish, kau benar-benar menyebalkan Ga Eun-ssi.”

“Apa kau pikir kau tidak menyebalkan?” Ga Eun tersenyum mengatakannya, Baekhyun sepertinya tidak pernah berkaca.

“Cih! Pantas semua orang membencimu dikelas. Kau benar-benar menyebalkan! Kau memang pantas dibenci.”

Sret..

Entah kata-kata Baekhyun yang menyakitkan atau hati Ga Eun yang terlalu sakit untuk menerimanya, air mata jatuh begitu saja dari mata bulat Ga Eun.

“Kau benar Baekhyun-ssi. Semua yang kau katakan benar. Seharusnya kau juga bilang dari tadi bahwa tujuanmu menggantung sepatuku hanyalah untuk mengatakan semua ini padaku. Terimakasih.” Wajah Ga Eun tertunduk lemas.Kata-kata Baekhyun bak tamparan keras yang sesuai kenyataan baginya.

“Kau tidak perlu mengambil sepatuku. Aku anggap apa yang kau dan aku lakukan impas. Terimakasih Byun Baekhyun.” Sambung Ga Eun sebelum pergi meninggalkan Baekhyun sendiri dengan perasaan bersalah.

“Ga Eun-ssi!” Baekhyun berusaha memanggil gadis yang baru saja meninggalkannya itu. Percuma, ia yakin kata-katanya terlalu pedas untuk didengar.

“Argh, apa yang kau lakukan Byun Baekhyun?! Kau benar-benar bodoh!” Erang Baekhyun sambil mengacak rambutnya kasar.

---
Ting-tong

Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring. Dalam hitungan detik, lapangan yang sejak 2 jam lalu sepi menjadi penuh dengan ratusan anak manusia yang ingin segera pulang kerumah atau sekedar bermain bersama teman-temannya.

Tidak seperti yang lain, Ga Eun masih duduk dikursinya. Menunggu semua temannya pulang agar ia bisa terhindar dari kemungkinan tawa dan cemoohan teman-teman yang melihatnya memanjat pohon untuk mengambil sepatunya nanti.

Sesekali pendengarannya menangkap perbincangan ringan teman sekelasnya yang saling mengajak atau menunggu untuk pulang bersama. Ia iri dengan semua itu, Kapan dia bisa seperti itu. Jangankan menunggunya pulang, berjalan menghampirinya saja kadang semua temannya enggan. Entah bagaimana caranya, tapi Ga Eun harus terbiasa dengan semua itu.

Cukup lama memang untuk menunggu sekolah sepi. Setelah yakin bahwa tidak ada satupun siswa disekolah, Ga Eun menggerakkan kakinya keluar kelas menuju kebelakang sekolah tempat pohon besar dimana sepatunya tergantung.

“Huft.” Ia mendesah kecil begitu dilihatnya dipohon itu sudah tidak ada lagi sepatunya. “Jadi, anak itu masih dendam padaku.” Pikir Ga Eun. Ia membalikkan badannya. Brukk..

“Mencari sesuatu, nona?” Sebuah suara yang tidak asing menyapanya. Setelah mengembalikan keseimbangan tubuh, ia menatap wajah orang yang ditabraknya. Perhatiannya teralihkan pada sesuatu ditangan namja didepannya.

“Maaf, aku ingin mengambil sepatuku.”

“Ne?” Baekhyun pura-pura tidak mendengar.

“Kumohon, kembalikan sepatuku.” Ulang Ga Eun tanpa menaikkan volume suaranya. Ia yakin telinga Baekhyun tidak cukup tuli untuk mendengar suaranya.

“Kau berbicara dengan siapa, Ga Eun-ssi? Aku tidak mendengarnya.” Goda Baekhyun.

“Byun Baekhyun-ssi, kumohon kembalikan sepatuku. Terimakasih sudah mengambilnya untukku.” Ulang Ga Eun lagi dengan jumlah kata yang lebih lengkap dan volume suara yang lebih besar, berharap Baekhyun memberikannya kali ini.

“Ah, ne. Ini.” Jawab Baekhyun dengan kedua tangan yang menyodorkan sepatu didepan Ga Eun.

“Byun Baekhyun-ssi.” Panggil Ga Eun merasa Baekhyun masih menahan sepatunya.

“Ne?”

“Lepaskan sepatunya.”

“Untuk apa? Kau hanya memintaku untuk mengembalikannya padamu, bukan untuk melepaskannya dari kedua tanganku.” Balas Baekhyun.

“Apa kau mempermainkanku?”

“Ani. Tapi, aku ingin kau membayar apa yang telah aku lakukan. Jadilah pacarku Ga Eun-ssi.”

“Mwo?” Ga Eun tersentak luar biasa. Bagaimana mungkin? “Aish, namja ini sudah gila.” Batin Ga Eun.

“Kau tidak perlu khawatir, aku hanya ingin memintamu menjadi pacarku selama satu minggu. Kau tahu, semua temanku sudah memiliki kekasih. Sedangkan aku? Kau mau, kan?”

“Kenapa harus aku? Kau cukup tampan disekolah ini, meskipun kau tidak lebih popular dari teman-temanmu. Pilih gadis lain saja. Mereka pasti menerimamu.” Tolak Ga Eun halus.

“Justru karena aku tampan. Aku hanya butuh kekasih selama satu minggu. Aku yakin, kalau aku memilih gadis lain, mereka akan sulit untuk diputuskan.” Jelas Baekhyun seenak jidatnya, “Lagipula, kalau kita berpacaran, maka kau akan terkenal disekolah ini.” Sambungnya lagi.

“Shireo. Aku tidak suka menarik perhatian.”

“Ya! Han Ga Eun-ssi! Kumohon. Kalau kau tidak mau, maka sepatumu tidak akan kukembalikan.” Paksa Baekhyun.

“Geure, hanya satu minggu. Jangan bertingkah aneh padaku. Arraseo.”

“Ne. Ini sepatumu. Kajja, kita pulang bersama.”

“Mwo?”

“Biarpun berpura-pura, akting kita harus terlihat real.” Jawab Baekhyun dengan senyum terpasang diwajahnya.

“Yakkk!”

---
“Terimakasih atas tumpangannya.” Jawab Ga Eun seraya turun dari motor besar Baekhyun.

“Ne. Ga Eun-ssi, ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Baekhyun menahan tangan kiri Ga Eun.

“Mwo? Tapi, lepaskan dulu tanganku.” Pinta Ga Eun. Sesuai perintah, Baekhyun melepaskan tangan kiri Ga Eun yang dipegangnya.

“Kenapa kau selalu menjauhi teman-temanmu? kenapa kau selalu menolak ajakan mereka untuk bersamamu? Dan… emmm,,,hanya itu.”

Ga Eun diam, ia memintil rompi seragamnya dan menjawabnya sedikit ragu “Itu,.. karena aku takut mengganggu pikiran mereka. Sekarang pulanglah, sudah terlalu malam. Annyeong, terimakasih atas tumpangannya.” Pamit Ga Eun dan langsung berlari menuju pintu tanpa mempedulikan Baekhyun.

“Mengganggu pikiran mereka? Yak! Ga Eun-ssi! Aish. Ck, Geure kalau begitu selama satu minggu itu juga, jadilah temanku, ne. Yak! Ga Eun-ssi!!!”

Tidak ada jawaban sedikitpun. Ga Eun sudah benar-benar masuk kedalam rumahnya.

“Aigo, ck. Geure, Annyeong Ga Eun-ssi, ah ani annyeong Ga Eun-ah!” Ucap Baekhyun sebelum benar-benar meninggalkan rumah Ga Eun.

Sementara itu, dari balik gorden jendela, Ga Eun dengan matanya menatap kepergian Baekhyun. Rasa khawatir, senang dan sedih bercampur dalam pikirannya. “Kuharap aku tidak akan mengganggu pikiranmu nanti Baekhyun-ssi.”

---
2 hari sudah Ga Eun dan Baekhyun ‘berpacaran’. Sepertinya, selain teman-teman Baekhyun, tidak ada yang mengetahui kebohongan hubungan mereka. Dan hal itu sepertinya tidak terlalu berdampak baik bagi mereka, terutama Han Ga Eun.

“Ya! Han Ga Eun-ssi, kudengar kau berpacaran dengan Baekhyun oppa? Apa itu benar? Mengapa kau lakukan itu, eo? Kau benar-benar gadis menyebalkan.”

Prakk..

Satu pukulan telak mendarat dipipi Ga Eun. Lee Joo Yong menamparnya kesal.

“Dan kau juga pantas mendapatkan ini.” Baru saja Joo Yong mendorong tubuh Ga Eun kebelakang, Baekhyun dengan sigap menangkapnya. Memunculkan sebuah adegan romantis yang membuat siapa saja iri melihatnya.

Prakk..

Kini Baekhyun yang menggunakan tangannya untuk memukul Joo Yong. “Kau lupa hubungan kita sudah berakhir? Jangan pikir karena kau seorang wanita aku tidak berani memukulmu. Sekarang Ga Eun adalah gadisku, dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya.” Ancam Baekhyun.

“Oppa! Wae??? Hiks..” Joo Yong menghentakkan kakinya lalu berlari entah kemana. Percuma, saat ini perlakuan baik Baekhyun mungkin tidak berlaku lagi bagi dirinya.

“Ga Eun-ah, gwenchana?” Sambung Baekhyun. Kini perhatiannya tertuju pada Ga Eun disampingnya.

Bukannya menjawab apa yang ditanyakan, Ga Eun malah mendorong tubuh Baekhyun menjauhinya.

“Kau pikir apa yang kau lakukan? Kau pikir kau siapa? Apa kau tidak pernah memikirkan efek samping dari perbuatanmu? Kau benar-benar menyebalkan.” Ga Eun melakukan hal yang diluar dugaan. Dia pergi meninggalkan Baekhyun dengan perasaan bingung.

“Ga Eun-ah, tunggu!.” Panggil Baekhyun yang melihat ‘kekasihnya’ itu pergi.

“Ck, sulit sekali membuatnya menyukaiku.” Batin Baekhyun dalam hati.

Hari-hari berikutnya menjadi sebuah kesedihan tersendiri bagi Baekhyun. Sejak kejadian itu, Han Ga Eun tidak pernah masuk sekolah, mengangkat telponnya ataupun membalas pesan yang dikirimnya.

“Wae? Apa Ga Eun-mu masih tidak menghubungimu?” Tanya Kai melihat wajah sahabatnya yang berlipat-lipat.

 “Ani, aku hanya berpikir bahwa dia memanfaatkan kejadian 3 hari yang lalu untuk menghindar dariku dan perjanjianku” Jelas Baekhyun sedikit malu untuk mengatakan kegelisahannya pada Kai.

“Lalu, apa kau sudah kerumahnya? Kau bisa menagihnya disana.”

“Ne? Ah, aku hampir lupa soal itu. Aku akan kerumahnya sepulang sekolah nanti.” Jawab Baekhyun. “Gomawo, Kai-ah.” Sambungnya lagi.

“Ne, itulah fungsinya teman. Lagipula kalau kau terus menerus bersedih, pasokan jajanku berkurang.” Canda Kai mengingat Baekhyun akhir-akhir ini jarang mentraktirnya.

“Yak!”

“Hahaha, aku hanya bercanda.” Sanggah Kai. Sedetik kemudian ruang kelas yang sepi dipenuhi canda tawa dua sahabat itu, Kai dan Baekhyun.

---
“Ah, permisi nyonya. Apa Ga Eun ada didalam?” Tanya Baekhyun begitu dilihatnya seorang ahjumma yang sepertinya ibu Ga Eun keluar dari rumah.

“Nugu? Ada keperluan apa dengan Ga Eun?”

“Byun Baekhyun imnida, temannya Ga Eun.” Jawab Baekhyun.

“Ah, ada perlu apa? Ga Eun..”

“Eomma, aku sudah siap..” Belum sempat ibu Ga Eun membalas ucapan Baekhyun secara lengkap, seorang gadis yang dicari Baekhyun keluar dari rumahnya.

“Kau? Untuk apa kau kesini?” Tanya Ga Eun, “Eomma, nanti aku akan menyusul kemobil.” Ucap Ga Eun, kali ini ditujukan pada eommanya.

“Aku hanya ingin mengingatkanmu akan perjanjian kita.” Jawab Baekhyun seperginya Ga Eun eomma. “Kemana kau selama ini? Mengapa kau menghilang?” sambungnya.

“Apa hanya itu?” Tanya Ga Eun, “Aku tidak punya waktu untuk menjawabnya. Permisi, aku harus pergi.”

“Ani. Kau tidak boleh pergi sebelum menjawab pertanyaanku.” Baekhyun menahan tangan Ga Eun kuat.

“Byun Baekhyun-ssi, lepaskan aku.” Pinta Ga Eun.

“Aku tidak akan melepasmu.”

“Byun Baekhyun-ah, lepaskan. Aku harus pergi.” Ga Eun masih meronta. Kali ini dengan gerakan yang lebih kuat.

“Shireo. Bagaimanapun kau memanggilku, aku tidak akan melepaskanmu. Untuk kali ini, dengarkanlah perasaanku.”

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Perasaan? Mungkin disini hanya aku yang memiliki perasaan. Apa kau sadar aku merasa tersiksa dengan perlakuanmu akhir-akhir ini? Semua perlakuanmu padaku membuatku berharap bahwa kau menyukaiku, dan apa kau tahu hal terbesar yang aku takutkan adalah jatuh dan membuat orang jatuh cinta padaku, eo? Apa kau..”

Greb…

Tangan besar Baekhyun menarik tubuh Ga Eun kedalam pelukannya.

“Ga Eun-ah, aku..”

“Lepaskan Baekhyun-ah, kumohon lepaskan aku. Satu minggu tinggal 2 hari lagi. Kumohon, sebelum aku benar-benar menyukaimu, lepaskan aku dari perjanjian itu.”

“Bagaimana mungkin aku melepaskanmu kalau aku menyukaimu, Ga Eun-ah. Aku tidak sebodoh itu.”

“CUKUP! KUMOHON LEPASKAN AKU! BUATLAH HIDUPKU KEMBALI SEPERTI DULU, TANPAMU. KUMOHON. JAUHI AKU! Pergi, hiks, hiks, PERGIIIIIIII!” Bentak Ga Eun. Beberapa saat kemudian, Ga Eun meraskan tubuhnya  sakit luar biasa. Tidak, lebih tepatnya jantungnya. Apa mungkin ia terkena serangan jantung? Ataukah hanya permasalahan jantungnya seperti biasa? Oh, Ga Eun menyesali mengapa ia melanggar larangan dokter untuk menahan emosinya? Ini semua salah Baekhyun.

“Huh, eomma, huft, eomma.” Panggil Ga Eun. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit. Mata Ga Eun mulai berkunang dan akhirnya terpejam. Ia yakin, ini adalah hari terakhrinya hidup didunia. Satu-satunya harapannya adalah Baekhyun tidak bersedih atas kemungkinan kematiannya itu. Bagaimana tidak? Ia baru saja mendengar pengakuan cinta Baekhyun dan mungkin jika ia benar-benar mati, Baekhyun pasti bersedih.

“Sial, penyakit ini lebih dulu menghabisiku sebelum aku membuat Baekhyun menjauhiku.” Batin Ga Eun samar-samar sebelum akhirnya…

Bip, bip, bip…

Suara mesin pendeteksi detak jantung berbunyi. Menandakan kehidupan dan dewi fortuna masih berpihak pada orang yang menggunakan alat itu.

Ga Eun dengan sedikit demi sedikit membuka matanya. Di elusnya pelan tangan  Sang ibu yang tertidur disampingnya.

“Oh, kau sudah bangun anakku. Terimakasih Tuhan.” Ga Eun eomma terlihat menangis bersyukur.

“Eomma, apa yang terjadi padaku? Mengapa aku masih hidup? Apa ini surga?” Tanya Ga Eun penasaran.

“Kenapa kau berkata seperti itu? Tuhan masih mengizinkanmu hidup.” Jawab Ga Eun eomma. Ia mengelus pelan rambut putri kesayangannya itu.

“Sudah berapa hari aku disini? Tanggal berapa sekarang eomma? Aku harus sekolah. Ada seseorang yang ingin aku temui.” Entahlah, tapi Ga Eun merindukan Baekhyun saat ini.

“Sudah 2 hari sayang. Apa orang yang kau maksud adalah Byun Baekhyun?”

“Jeongmal? Selama itukah? Ye, eomma. Aku rasa aku menyukainya. Kalau saja aku tahu Tuhan akan memberikanku kesempatan untuk tetap hidup melawan penyakit jantungku ini, aku pasti tidak akan berusaha menutupi perasaanku.” Aku Ga Eun semangat.

“Dia tidak ada disekolah Ga Eun-ah. Tapi disini.” Telunjuk Ga Eun eomma mengarah tepat dijantung Ga Eun.

“Ye?”

Bulir air mata kini membasahi wajah Ga Eun eomma, “Laki-laki itu benar-benar bodoh dan berhati malaikat.”

“Eomma, ap…apa maksud eomma? Eomma, wae geure??? Eomma?” Tangan Ga Eun mengguncang-guncangkan tubuh eommanya. Sementara sang ibu hanya diam dalam isakannya.

“Dia,.. dia memberikan jantungnya untukmu, Ga Eun-ah.”

“Eomma, itu tidak lucu.” Sanggah Ga Eun.

“Mianhae, tapi memang itu yang terjadi. Temanmu itu bertindak bodoh dengan menabrakan dirinya agar bisa memberikan jantungnya untukmu, hiks.”

“Eomma, aniyo. Baekhyun tidak mungkin melakukan itu, hiks…hiks,,,hiks…” Ga Eun menggelengkan kepalanya kuat. Ia yakin apa yang dikatakan eommanya barusan hanyalah sebuah kebohongan.

“Andwae, andwaeeee! Baekhyun tidak boleh mati, aku tidak mau. Baekhyun-ah, bukankah kau bilang padaku bahwa kau tidak akan meninggalkanku? Wae-yo? Hiks,,hikss…aku benci kehidupan ini, aku benci jantung ini.” Ga Eun berteriak histeris. Ditengah-tengah isakannya ia memukul-mukul dadanya, tepat dijantungnya. Entah mengapa rasa sakit dari luka bekas tempat operasi transplantasi jantungnya tidak lebih sakit dari luka dihatinya.

Baekhyun-ah… kajima….

_000_

Lambat laun tapi pasti, semua orang yang bergantian datang ke tempat itu mulai meneteskan air matanya. Melihat apa yang dilakukan Ga Eun sejak kejadian seminggu yang lalu, menunjukkan betapa kehilangannya gadis itu. Masih, masih dengan pakaian dan posisi yang sama, Ga Eun terus memainkan pianonya. Sesuai janjinya, ia akan terus bermain piano sampai Baekhyun kembali atau sampai dia yang pergi.

“Hiks..hiks.. Baekhyun-ah, kau masih hutang 2 hari kencan denganku. Apa kau lupa?”

“…”

“Aku bercanda waktu itu. Aku tidak ingin melupakanmu dalam 2 hari, hiks..hiks..”

“….”

“Baekhyun-ah, akan kubiarkan kau melempar sepatu sekolahku sebanyak yang kau mau jika itu membuatmu kembali, hiks..hiks..”

“…”

“Baekhyun-ah,.. kajima, hiks..hiks…”

“…”

“Wae? Wae?”

Jreng, tuts piano ditekan dengan kuat. Tangan Ga Eun mulai melemas, dengan begitu jatuhlah wajahnya diatas tuts-tuts piano itu. Tubuhnya ambruk dengan perlahan diatas lantai rumahnya. Menyisakan keterkejutan yang luar biasa dari orang-orang disana yang langsung menghampirinya, tak terkecuali ibunya.

Tak butuh banyak orang untuk mengangkat tubuhnya yang kini kurus karena lebih dari seminggu sudah tidak makan itu. Dengan senyuman tipis yang mengembang dibibirnya, samar-samar ia mengucapkan kata-kata yang mungkin adalah kata-kata terakhirnya.

“Baekhyun-ah, aku akan menagih 2 hariku bersamamu.”

---

{Hot news}

“Berita mengharukan berasal dari seorang gadis bernama Han Ga Eun yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan masyarakat Seoul karena tingkahnya yang terus-menerus memainkan piano tanpa makan sejak ditinggal mati oleh kekasihnya yang memberikan jantungnya secara sukarela. Kemarin sore, Han Ga Eun, gadis SMA berumur 18 tahun dinyatakan meninggal dunia karena kekurangan energi akibat mogok makannya yang menyebabkan aktifitas jantung barunya menurun dan akhirnya berhenti memompa darah.”
The End

0 komentar:

Posting Komentar