Judul : My 2
days
Author : Kyunggieee
Genre: Romance
Cast artist: Exo
Author : Kyunggieee
Genre: Romance
Cast artist: Exo
Alunan musik
piano mengalun merdu dengan iringan suara indah yang terkesan sangat dalam.
Membuat siapapun yang mendengarnya dapat merasakan apa yang dirasakan sang
pemain piano itu. Han Ga Eun, dengan lancar membiarkan jari-jari tangan
jenjangnya menari diatas tuts-tuts piano. Melarutkan dirinya sendiri kedalam
khidmat lagu yang dinyanyikannya. Meskipun sesekali tetesan air mata jatuh
menetesi wajah putih manisnya. Satu misi yang belum selesai dan waktunya hampir
tiba.
_000_
“Ya! Kembalikan
bukuku kalau kau masih ingin hidup!” Pekik Baekhyun.
“Shireo! Kalau
kau menginginkannya,kau harus mengambil sepatuku yang kau gantung diatas pohon
itu.” Tangan Ga Eun menunjuk kearah sebuah pohon besar yang disalah satu
dahannya tergantung sepasang sepatu sekolah perempuan.
“Apa gunanya aku
melemparnya kesana kalau pada akhirnya akulah yang mengambilnya.” Balas Baekhyun
tidak peduli. Mendengar penolakan Baekhyun, Ga Eun sama sekali tidak marah dan
protes. Kakinya bergerak mundur perlahan dan,
Plukk…
Kini sebuah buku
bergantung diatas daun-daun pohon besar tadi, menemani Sang sepatu yang mungkin
kesepian.
“Ya! Kau tau?
Didalam buku itu ada PR dari Yoona seonsengnim.” Jelas Baekhyun berapi-api melihat
bukunya yang kini sudah berpindah tempat.
“Apa peduliku?
Apa aku harus percaya begitu saja dengan semua perkataanmu? Bagaimana kalau
kubilang bahwa didalam sepatuku ada sepeti emas, kau percaya dan peduli? Aku
rasa tidak.” Balas Ga Eun acuh dengan kedua tangan yang dilipat didepan
dadanya.
“Aish, kau
benar-benar menyebalkan Ga Eun-ssi.”
“Apa kau pikir
kau tidak menyebalkan?” Ga Eun tersenyum mengatakannya, Baekhyun sepertinya
tidak pernah berkaca.
“Cih! Pantas
semua orang membencimu dikelas. Kau benar-benar menyebalkan! Kau memang pantas
dibenci.”
Sret..
Entah kata-kata Baekhyun
yang menyakitkan atau hati Ga Eun yang terlalu sakit untuk menerimanya, air
mata jatuh begitu saja dari mata bulat Ga Eun.
“Kau benar Baekhyun-ssi.
Semua yang kau katakan benar. Seharusnya kau juga bilang dari tadi bahwa
tujuanmu menggantung sepatuku hanyalah untuk mengatakan semua ini padaku.
Terimakasih.” Wajah Ga Eun tertunduk lemas.Kata-kata Baekhyun bak tamparan
keras yang sesuai kenyataan baginya.
“Kau tidak perlu
mengambil sepatuku. Aku anggap apa yang kau dan aku lakukan impas. Terimakasih Byun
Baekhyun.” Sambung Ga Eun sebelum pergi meninggalkan Baekhyun sendiri dengan
perasaan bersalah.
“Ga Eun-ssi!” Baekhyun
berusaha memanggil gadis yang baru saja meninggalkannya itu. Percuma, ia yakin
kata-katanya terlalu pedas untuk didengar.
“Argh, apa yang
kau lakukan Byun Baekhyun?! Kau benar-benar bodoh!” Erang Baekhyun sambil
mengacak rambutnya kasar.
---
Ting-tong
Bel pulang
sekolah berbunyi dengan nyaring. Dalam hitungan detik, lapangan yang sejak 2
jam lalu sepi menjadi penuh dengan ratusan anak manusia yang ingin segera
pulang kerumah atau sekedar bermain bersama teman-temannya.
Tidak seperti
yang lain, Ga Eun masih duduk dikursinya. Menunggu semua temannya pulang agar
ia bisa terhindar dari kemungkinan tawa dan cemoohan teman-teman yang
melihatnya memanjat pohon untuk mengambil sepatunya nanti.
Sesekali
pendengarannya menangkap perbincangan ringan teman sekelasnya yang saling
mengajak atau menunggu untuk pulang bersama. Ia iri dengan semua itu, Kapan dia
bisa seperti itu. Jangankan menunggunya pulang, berjalan menghampirinya saja
kadang semua temannya enggan. Entah bagaimana caranya, tapi Ga Eun harus
terbiasa dengan semua itu.
Cukup lama
memang untuk menunggu sekolah sepi. Setelah yakin bahwa tidak ada satupun siswa
disekolah, Ga Eun menggerakkan kakinya keluar kelas menuju kebelakang sekolah
tempat pohon besar dimana sepatunya tergantung.
“Huft.” Ia
mendesah kecil begitu dilihatnya dipohon itu sudah tidak ada lagi sepatunya.
“Jadi, anak itu masih dendam padaku.” Pikir Ga Eun. Ia membalikkan badannya.
Brukk..
“Mencari
sesuatu, nona?” Sebuah suara yang tidak asing menyapanya. Setelah mengembalikan
keseimbangan tubuh, ia menatap wajah orang yang ditabraknya. Perhatiannya
teralihkan pada sesuatu ditangan namja didepannya.
“Maaf, aku ingin
mengambil sepatuku.”
“Ne?” Baekhyun
pura-pura tidak mendengar.
“Kumohon,
kembalikan sepatuku.” Ulang Ga Eun tanpa menaikkan volume suaranya. Ia yakin
telinga Baekhyun tidak cukup tuli untuk mendengar suaranya.
“Kau berbicara
dengan siapa, Ga Eun-ssi? Aku tidak mendengarnya.” Goda Baekhyun.
“Byun Baekhyun-ssi,
kumohon kembalikan sepatuku. Terimakasih sudah mengambilnya untukku.” Ulang Ga
Eun lagi dengan jumlah kata yang lebih lengkap dan volume suara yang lebih
besar, berharap Baekhyun memberikannya kali ini.
“Ah, ne. Ini.”
Jawab Baekhyun dengan kedua tangan yang menyodorkan sepatu didepan Ga Eun.
“Byun Baekhyun-ssi.”
Panggil Ga Eun merasa Baekhyun masih menahan sepatunya.
“Ne?”
“Lepaskan
sepatunya.”
“Untuk apa? Kau
hanya memintaku untuk mengembalikannya padamu, bukan untuk melepaskannya dari
kedua tanganku.” Balas Baekhyun.
“Apa kau
mempermainkanku?”
“Ani. Tapi, aku
ingin kau membayar apa yang telah aku lakukan. Jadilah pacarku Ga Eun-ssi.”
“Mwo?” Ga Eun
tersentak luar biasa. Bagaimana mungkin? “Aish, namja ini sudah gila.” Batin Ga
Eun.
“Kau tidak perlu
khawatir, aku hanya ingin memintamu menjadi pacarku selama satu minggu. Kau
tahu, semua temanku sudah memiliki kekasih. Sedangkan aku? Kau mau, kan?”
“Kenapa harus
aku? Kau cukup tampan disekolah ini, meskipun kau tidak lebih popular dari
teman-temanmu. Pilih gadis lain saja. Mereka pasti menerimamu.” Tolak Ga Eun
halus.
“Justru karena aku
tampan. Aku hanya butuh kekasih selama satu minggu. Aku yakin, kalau aku
memilih gadis lain, mereka akan sulit untuk diputuskan.” Jelas Baekhyun seenak
jidatnya, “Lagipula, kalau kita berpacaran, maka kau akan terkenal disekolah
ini.” Sambungnya lagi.
“Shireo. Aku
tidak suka menarik perhatian.”
“Ya! Han Ga
Eun-ssi! Kumohon. Kalau kau tidak mau, maka sepatumu tidak akan kukembalikan.”
Paksa Baekhyun.
“Geure, hanya
satu minggu. Jangan bertingkah aneh padaku. Arraseo.”
“Ne. Ini
sepatumu. Kajja, kita pulang bersama.”
“Mwo?”
“Biarpun
berpura-pura, akting kita harus terlihat real.” Jawab Baekhyun dengan senyum
terpasang diwajahnya.
“Yakkk!”
---
“Terimakasih
atas tumpangannya.” Jawab Ga Eun seraya turun dari motor besar Baekhyun.
“Ne. Ga Eun-ssi,
ada yang ingin aku tanyakan padamu.” Baekhyun menahan tangan kiri Ga Eun.
“Mwo? Tapi,
lepaskan dulu tanganku.” Pinta Ga Eun. Sesuai perintah, Baekhyun melepaskan
tangan kiri Ga Eun yang dipegangnya.
“Kenapa kau
selalu menjauhi teman-temanmu? kenapa kau selalu menolak ajakan mereka untuk
bersamamu? Dan… emmm,,,hanya itu.”
Ga Eun diam, ia
memintil rompi seragamnya dan menjawabnya sedikit ragu “Itu,.. karena aku takut
mengganggu pikiran mereka. Sekarang pulanglah, sudah terlalu malam. Annyeong,
terimakasih atas tumpangannya.” Pamit Ga Eun dan langsung berlari menuju pintu
tanpa mempedulikan Baekhyun.
“Mengganggu
pikiran mereka? Yak! Ga Eun-ssi! Aish. Ck, Geure kalau begitu selama satu
minggu itu juga, jadilah temanku, ne. Yak! Ga Eun-ssi!!!”
Tidak ada
jawaban sedikitpun. Ga Eun sudah benar-benar masuk kedalam rumahnya.
“Aigo, ck.
Geure, Annyeong Ga Eun-ssi, ah ani annyeong Ga Eun-ah!” Ucap Baekhyun sebelum
benar-benar meninggalkan rumah Ga Eun.
Sementara itu,
dari balik gorden jendela, Ga Eun dengan matanya menatap kepergian Baekhyun.
Rasa khawatir, senang dan sedih bercampur dalam pikirannya. “Kuharap aku tidak
akan mengganggu pikiranmu nanti Baekhyun-ssi.”
---
2 hari sudah Ga Eun dan Baekhyun ‘berpacaran’. Sepertinya, selain
teman-teman Baekhyun, tidak ada yang mengetahui kebohongan hubungan mereka. Dan
hal itu sepertinya tidak terlalu berdampak baik bagi mereka, terutama Han Ga
Eun.
“Ya! Han Ga Eun-ssi, kudengar kau berpacaran dengan Baekhyun oppa?
Apa itu benar? Mengapa kau lakukan itu, eo? Kau benar-benar gadis menyebalkan.”
Prakk..
Satu pukulan telak mendarat dipipi Ga Eun. Lee Joo Yong menamparnya
kesal.
“Dan kau juga pantas mendapatkan ini.” Baru saja Joo Yong mendorong
tubuh Ga Eun kebelakang, Baekhyun dengan sigap menangkapnya. Memunculkan sebuah
adegan romantis yang membuat siapa saja iri melihatnya.
Prakk..
Kini Baekhyun yang menggunakan tangannya untuk memukul Joo Yong.
“Kau lupa hubungan kita sudah berakhir? Jangan pikir karena kau seorang wanita
aku tidak berani memukulmu. Sekarang Ga Eun adalah gadisku, dan aku tidak akan
membiarkan siapapun menyakitinya.” Ancam Baekhyun.
“Oppa! Wae??? Hiks..” Joo Yong menghentakkan kakinya lalu berlari
entah kemana. Percuma, saat ini perlakuan baik Baekhyun mungkin tidak berlaku
lagi bagi dirinya.
“Ga Eun-ah, gwenchana?” Sambung Baekhyun. Kini perhatiannya tertuju
pada Ga Eun disampingnya.
Bukannya menjawab apa yang ditanyakan, Ga Eun malah mendorong tubuh Baekhyun
menjauhinya.
“Kau pikir apa yang kau lakukan? Kau pikir kau siapa? Apa kau tidak
pernah memikirkan efek samping dari perbuatanmu? Kau benar-benar menyebalkan.”
Ga Eun melakukan hal yang diluar dugaan. Dia pergi meninggalkan Baekhyun dengan
perasaan bingung.
“Ga Eun-ah, tunggu!.” Panggil Baekhyun yang melihat ‘kekasihnya’ itu
pergi.
“Ck, sulit sekali membuatnya menyukaiku.” Batin Baekhyun dalam hati.
Hari-hari berikutnya menjadi sebuah kesedihan tersendiri bagi Baekhyun.
Sejak kejadian itu, Han Ga Eun tidak pernah masuk sekolah, mengangkat telponnya
ataupun membalas pesan yang dikirimnya.
“Wae? Apa Ga Eun-mu masih tidak menghubungimu?” Tanya Kai melihat
wajah sahabatnya yang berlipat-lipat.
“Ani, aku hanya berpikir
bahwa dia memanfaatkan kejadian 3 hari yang lalu untuk menghindar dariku dan
perjanjianku” Jelas Baekhyun sedikit malu untuk mengatakan kegelisahannya pada
Kai.
“Lalu, apa kau sudah kerumahnya? Kau bisa menagihnya disana.”
“Ne? Ah, aku hampir lupa soal itu. Aku akan kerumahnya sepulang
sekolah nanti.” Jawab Baekhyun. “Gomawo, Kai-ah.” Sambungnya lagi.
“Ne, itulah fungsinya teman. Lagipula kalau kau terus menerus
bersedih, pasokan jajanku berkurang.” Canda Kai mengingat Baekhyun akhir-akhir
ini jarang mentraktirnya.
“Yak!”
“Hahaha, aku hanya bercanda.” Sanggah Kai. Sedetik kemudian ruang
kelas yang sepi dipenuhi canda tawa dua sahabat itu, Kai dan Baekhyun.
---
“Ah, permisi nyonya. Apa Ga Eun ada didalam?” Tanya Baekhyun begitu
dilihatnya seorang ahjumma yang sepertinya ibu Ga Eun keluar dari rumah.
“Nugu? Ada keperluan apa dengan Ga Eun?”
“Byun Baekhyun imnida, temannya Ga Eun.” Jawab Baekhyun.
“Ah, ada perlu apa? Ga Eun..”
“Eomma, aku sudah siap..” Belum sempat ibu Ga Eun membalas ucapan Baekhyun
secara lengkap, seorang gadis yang dicari Baekhyun keluar dari rumahnya.
“Kau? Untuk apa kau kesini?” Tanya Ga Eun, “Eomma, nanti aku akan
menyusul kemobil.” Ucap Ga Eun, kali ini ditujukan pada eommanya.
“Aku hanya ingin mengingatkanmu akan perjanjian kita.” Jawab Baekhyun
seperginya Ga Eun eomma. “Kemana kau selama ini? Mengapa kau menghilang?”
sambungnya.
“Apa hanya itu?” Tanya Ga Eun, “Aku tidak punya waktu untuk
menjawabnya. Permisi, aku harus pergi.”
“Ani. Kau tidak boleh pergi sebelum menjawab pertanyaanku.” Baekhyun
menahan tangan Ga Eun kuat.
“Byun Baekhyun-ssi, lepaskan aku.” Pinta Ga Eun.
“Aku tidak akan melepasmu.”
“Byun Baekhyun-ah, lepaskan. Aku harus pergi.” Ga Eun masih meronta.
Kali ini dengan gerakan yang lebih kuat.
“Shireo. Bagaimanapun kau memanggilku, aku tidak akan melepaskanmu.
Untuk kali ini, dengarkanlah perasaanku.”
“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Perasaan? Mungkin disini hanya
aku yang memiliki perasaan. Apa kau sadar aku merasa tersiksa dengan
perlakuanmu akhir-akhir ini? Semua perlakuanmu padaku membuatku berharap bahwa
kau menyukaiku, dan apa kau tahu hal terbesar yang aku takutkan adalah jatuh
dan membuat orang jatuh cinta padaku, eo? Apa kau..”
Greb…
Tangan besar Baekhyun menarik tubuh Ga Eun kedalam pelukannya.
“Ga Eun-ah, aku..”
“Lepaskan Baekhyun-ah, kumohon lepaskan aku. Satu minggu tinggal 2
hari lagi. Kumohon, sebelum aku benar-benar menyukaimu, lepaskan aku dari
perjanjian itu.”
“Bagaimana mungkin aku melepaskanmu kalau aku menyukaimu, Ga Eun-ah.
Aku tidak sebodoh itu.”
“CUKUP! KUMOHON LEPASKAN AKU! BUATLAH HIDUPKU KEMBALI SEPERTI DULU,
TANPAMU. KUMOHON. JAUHI AKU! Pergi, hiks, hiks, PERGIIIIIIII!” Bentak Ga Eun.
Beberapa saat kemudian, Ga Eun meraskan tubuhnya sakit luar biasa. Tidak, lebih tepatnya
jantungnya. Apa mungkin ia terkena serangan jantung? Ataukah hanya permasalahan
jantungnya seperti biasa? Oh, Ga Eun menyesali mengapa ia melanggar larangan
dokter untuk menahan emosinya? Ini semua salah Baekhyun.
“Huh, eomma, huft, eomma.” Panggil Ga Eun. Ia memegangi dadanya yang
terasa sakit. Mata Ga Eun mulai berkunang dan akhirnya terpejam. Ia yakin, ini
adalah hari terakhrinya hidup didunia. Satu-satunya harapannya adalah Baekhyun
tidak bersedih atas kemungkinan kematiannya itu. Bagaimana tidak? Ia baru saja
mendengar pengakuan cinta Baekhyun dan mungkin jika ia benar-benar mati,
Baekhyun pasti bersedih.
“Sial, penyakit ini lebih dulu menghabisiku sebelum aku membuat Baekhyun
menjauhiku.” Batin Ga Eun samar-samar sebelum akhirnya…
Bip, bip, bip…
Suara mesin pendeteksi detak jantung berbunyi. Menandakan kehidupan
dan dewi fortuna masih berpihak pada orang yang menggunakan alat itu.
Ga Eun dengan sedikit demi sedikit membuka matanya. Di elusnya pelan
tangan Sang ibu yang tertidur
disampingnya.
“Oh, kau sudah bangun anakku. Terimakasih Tuhan.” Ga Eun eomma
terlihat menangis bersyukur.
“Eomma, apa yang terjadi padaku? Mengapa aku masih hidup? Apa ini
surga?” Tanya Ga Eun penasaran.
“Kenapa kau berkata seperti itu? Tuhan masih mengizinkanmu hidup.”
Jawab Ga Eun eomma. Ia mengelus pelan rambut putri kesayangannya itu.
“Sudah berapa hari aku disini? Tanggal berapa sekarang eomma? Aku
harus sekolah. Ada seseorang yang ingin aku temui.” Entahlah, tapi Ga Eun
merindukan Baekhyun saat ini.
“Sudah 2 hari sayang. Apa orang yang kau maksud adalah Byun Baekhyun?”
“Jeongmal? Selama itukah? Ye, eomma. Aku rasa aku menyukainya. Kalau
saja aku tahu Tuhan akan memberikanku kesempatan untuk tetap hidup melawan
penyakit jantungku ini, aku pasti tidak akan berusaha menutupi perasaanku.” Aku
Ga Eun semangat.
“Dia tidak ada disekolah Ga Eun-ah. Tapi disini.” Telunjuk Ga Eun
eomma mengarah tepat dijantung Ga Eun.
“Ye?”
Bulir air mata kini membasahi wajah Ga Eun eomma, “Laki-laki itu
benar-benar bodoh dan berhati malaikat.”
“Eomma, ap…apa maksud eomma? Eomma, wae geure??? Eomma?” Tangan Ga
Eun mengguncang-guncangkan tubuh eommanya. Sementara sang ibu hanya diam dalam
isakannya.
“Dia,.. dia memberikan jantungnya untukmu, Ga Eun-ah.”
“Eomma, itu tidak lucu.” Sanggah Ga Eun.
“Mianhae, tapi memang itu yang terjadi. Temanmu itu bertindak bodoh
dengan menabrakan dirinya agar bisa memberikan jantungnya untukmu, hiks.”
“Eomma, aniyo. Baekhyun tidak mungkin melakukan itu,
hiks…hiks,,,hiks…” Ga Eun menggelengkan kepalanya kuat. Ia yakin apa yang
dikatakan eommanya barusan hanyalah sebuah kebohongan.
“Andwae, andwaeeee! Baekhyun tidak boleh mati, aku tidak mau.
Baekhyun-ah, bukankah kau bilang padaku bahwa kau tidak akan meninggalkanku?
Wae-yo? Hiks,,hikss…aku benci kehidupan ini, aku benci jantung ini.” Ga Eun
berteriak histeris. Ditengah-tengah isakannya ia memukul-mukul dadanya, tepat
dijantungnya. Entah mengapa rasa sakit dari luka bekas tempat operasi
transplantasi jantungnya tidak lebih sakit dari luka dihatinya.
Baekhyun-ah… kajima….
_000_
Lambat laun tapi pasti, semua orang yang bergantian datang ke tempat
itu mulai meneteskan air matanya. Melihat apa yang dilakukan Ga Eun sejak
kejadian seminggu yang lalu, menunjukkan betapa kehilangannya gadis itu. Masih,
masih dengan pakaian dan posisi yang sama, Ga Eun terus memainkan pianonya.
Sesuai janjinya, ia akan terus bermain piano sampai Baekhyun kembali atau
sampai dia yang pergi.
“Hiks..hiks.. Baekhyun-ah, kau masih hutang 2 hari kencan denganku.
Apa kau lupa?”
“…”
“Aku bercanda waktu itu. Aku tidak ingin melupakanmu dalam 2 hari,
hiks..hiks..”
“….”
“Baekhyun-ah, akan kubiarkan kau melempar sepatu sekolahku sebanyak
yang kau mau jika itu membuatmu kembali, hiks..hiks..”
“…”
“Baekhyun-ah,.. kajima, hiks..hiks…”
“…”
“Wae? Wae?”
Jreng, tuts piano ditekan dengan kuat. Tangan Ga Eun mulai melemas,
dengan begitu jatuhlah wajahnya diatas tuts-tuts piano itu. Tubuhnya ambruk
dengan perlahan diatas lantai rumahnya. Menyisakan keterkejutan yang luar biasa
dari orang-orang disana yang langsung menghampirinya, tak terkecuali ibunya.
Tak butuh banyak orang untuk mengangkat tubuhnya yang kini kurus
karena lebih dari seminggu sudah tidak makan itu. Dengan senyuman tipis yang
mengembang dibibirnya, samar-samar ia mengucapkan kata-kata yang mungkin adalah
kata-kata terakhirnya.
“Baekhyun-ah, aku akan menagih 2 hariku bersamamu.”
---
{Hot news}
“Berita mengharukan berasal dari seorang gadis bernama Han Ga Eun
yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan masyarakat Seoul karena tingkahnya
yang terus-menerus memainkan piano tanpa makan sejak ditinggal mati oleh
kekasihnya yang memberikan jantungnya secara sukarela. Kemarin sore, Han Ga
Eun, gadis SMA berumur 18 tahun dinyatakan meninggal dunia karena kekurangan
energi akibat mogok makannya yang menyebabkan aktifitas jantung barunya menurun
dan akhirnya berhenti memompa darah.”
The End
0 komentar:
Posting Komentar