Simpan template dan lihatl Red Bubble Rose: Now You See Me, Right? "FF Lomba"

Minggu, 27 Juli 2014

Now You See Me, Right? "FF Lomba"

Judul : Now you see me, right?
Author : @SongKi
Genre: Romance, angst maybe
Cast artist: Running Man



.
.
.
“Bisa kau jelaskan semua ini?” Tanya pria berjas hitam itu didepanku menunjukkan sebuah foto yang tergambar betapa sulitnya masa-masa kala itu.

“Percuma, dia tak akan menjawabnya. Mulutnya benar-benar terkunci. Menyebalkan. Bagaimana bisa aku menjadi salah satu fansnya dulu.” Kini pria bertopi hitam yang berkomentar dengan wajah yang menunjukkan kebencian dan penyesalan kepadaku.

“Apa yang harus kami lakukan untuk membuatmu bicara? Apa ada yang ingin kau kerjakan sebelum prosesnya dimulai?” Pria berjas hitam itu kembali berbicara padaku. Menyebalkan rasanya berbicara dengan dua pria ini ditempat seperti ini.

Aku mengetuk-ngetukkan kedua jariku. Pria bertopi hitam yang terlihat bodoh tapi berbahaya memperhatikan gerak-gerikku dengan saksama, “ Ada, tapi aku harap kalian menepati janji kalian untuk membiarkan aku melakukan sesuatu.”

“Baiklah, apa itu?”

“itu___”

***@@@***
“Oppa lihat aku bawa topi dari brand favoritmu.” Panggil Jihyo tapi langsung terdiam begitu disadarinya kekurangan Gery-suaminya- itu. Kecelakaan 2 tahun lalu menyebabkan Kang Gery harus kehilangan penglihatannya sampai saat ini. Dan semenjak itu pulalah rumah tangga mereka menjadi agak kacau terkadang.

“Kau mengejekku? Istri macam apa kau.” Ejek Gery. Jujur didalam hatinya ia benar-benar merasa sakit hidup dalam kondisi rumah tangga seperti ini. Pekerjaannya sebagai salah satu idol pun mulai berhenti satu persatu karena kekurangannya itu. Meski satu yang belum ia rasakan berkurang, yaitu cinta dari istrinya-Song Jihyo-.

“Bukan itu maksudku. Maaf aku tidak sengaja. Syuting hari ini membuatku cukup lelah.” Jelas Jihyo sambil berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air untuk dirinya sendiri. Pada awalnya ia merasa benar-benar menikmati minumnya sampa sergahan dari Gery yang cukup menyakitkan melewati lubang telinganya.

“Kau benar-benar istri sombong. Mentang-mentang aku tidak bisa bekerja kau jadi keberatan untuk menghidupi rumah tangga ini. Itulah mengapa aku dari dulu ingin pernikahan ini berakhir.” Ujar Gery sebelum pergi meninggalkan Jihyo dan berlalu menuju kamarnya. Ya sejak kejadian 2 tahun lalu itu Gery memutuskan untuk pisah kamar. Menyedihkan. Benar-benar menyedihkan.

**@**
“Noona-ya, kau sudah makan? Ini aku bawakan sup udon untukmu. Rasanya benar-benar enak.” Tawar Jongki pada Jihyo yang sedang menyandarkan dirinya pada sebuah pohon besar. Game Running Man episode kali ini benar-benar melelahkan.

“Gwenchana. Kau bisa memakannya sendiri. Aku akan makan roti yang diberikan staff Running Man tadi.” Tolak Jihyo. Ia merasa tidak enak hati karena Jongki terus menerus berlaku baik padanya.

“Noona aku sudah makan banyak sup udon tadi. Sekarang ini untukmu. Aku yang akan menyuapimu, aaaaaaa.” Jongki menggerakkan tangan kanannya kearah mulut Jihyo yang tertutup.

“Ne. Aku akan memakannya tapi berikan saja sup udon itu padaku, aku akan memakannya sendiri.” Ujar Jihyo. Ia meraih mangkuk sup udon dari tangan juniornya itu dan menyuapkannya sendiri kedalam mulutnya. Dapat Jihyo lihat raut wajah Jongki yang sedikit kecewa. Entahlah, mungkin karena Jihyo menolak untuk disuapi.
**@**
“Gomawo-yo Jongki-ya. Sekali lagi terimakasih atas tumpangannya.” Jihyo berpamitan masuk kedalam rumahnya setelah berterimakasih pada Jongki karena telah mengantarnya pulang.

“Kau berselingkuh? Hah, sudah kuduga.” Sambut Gery diruang tengah apartemen mereka begitu Jihyo masuk.

“Mwo? Aniya Oppa, itu tadi Jongki, Dia mengantarku pulang. Kebetulan tadi ban mobilku kempes.” Jelas Jihyo jujur meskipun Gery tetap berwajah masam menyambutnya.

“Aku tidak peduli apa penjelasanmu. Siapa pria itu dan apapun yang kalian lakukan. Kau bukan istri yang baik.” Gery berlalu pergi meninggalkan Jihyo.

“Oppa, tunggu. Aku tidak ada hubungan apapun dengan pria manapun. Itu hanya Jongki, Song Jongki rekan kerja kita dulu. Sekarang dia kembali menjadi tim Running Man yang mengganti posisimu. Meskipun dia tidak secerdik dirimu, Oppa. Oppa, dia hanya seorang Jongki kecil yang kita kenal. Dia orang baik-baik, Oppa.” Jelas Jihyo lagi. Kali ini tangannya menahan bahu Gery yang sudah berdiri didepan pintu kamar.

“APA KAU TAU JONGKI MENYUKAIMU! APA KAU TAU SELAMA INI DIA MEMINTAKU UNTUK MELEPASKANMU?! Apa kau tau itu?!!! Sudahlah, sudah cukup. Aku ingin kau urus surat perceraian kita. Pergilah bersamanya. Kau terlalu baik untukku Jihyo-ya. Aku tidak bisa melihatmu, aku buta, kau tau itu.” Gery sedikit terisak, “ Aku tidak bisa menafkahimu, aku tidak bisa membuatmu bahagia. Jongki benar, aku hanya membuat hidupmu sia-sia.”

“Oppa itu tidak benar. Jangan katakan hal ini lagi. Aku sudah muak dan kepalaku sudah cukup pusing mendengar semua itu. Aku sudah cukup bahagia bersamamu oppa. Jangan paksa aku untuk meninggalkanmu.” Jihyo memeluk tubuh Gery tapi langsung ditepis begitu saja oleh Gery.

“Aku akan merasa senang jika aku bisa melihat lagi. Dengan begitu mungkin aku bisa membuatmu bahagia. TAPI APA KAU TAHU HAH?!! KENYATAAN BAHWA BUTA-KU PERMANEN SEUMUR HIDUP DAN SEGALA OPERASI ITU HANYA MEMBUANG-BUANG UANG KITA MEMBUATKU SAKIT. APA KAU TAU, BAGAIMANA PERASAANKU BAHWA PARA NETIZEN SAAT INI LEBIH MENYUKAI SONG’S COUPLE DARIPADA MONDAY’S COUPLE?! APA KAU TAU ITU?! Kita tidak bisa mempertahankan hubungan ini Jihyo, pergilah dariku.  Satu-satunya cara kita bisa bersama hanya dengan membuatku bisa melihat kembali. Apa kau bisa hah? Aku rasa tidak.” Brakkkkkkkkk, pintu ditutup dengan kerasnya oleh Gery. Jihyo menangis sejadi-jadinya. Ia mengeluarkan botol obatnya dan berusaha meneguknya dalam hitungan cepat tapi sayang obat itu malah berjatuhan dan terinjak oleh kakinya.

“Hiks, hiks, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatmu kembali melihat oppa kalau memang itu satu-satunya cara kita bisa bersama. Hiks, hiks,”
**@**
Ckrek, suara pintu kamar dibuka. Diikuti dengan langkah kaki perlahan-lahan. Dengan satu gerakan cepat, sebuah pukulan menghantam tepat dikepala Gery yang tertidur. Dengan deras darah segar mengalir dari kepala Gery menimbulkan rasa sakit yang mendalam.

Melihat korbannya masih bergerak, sang pelaku kembali memukulkan tongkat golf ditangannya kekepala Gery. Tidak perlu khawatir akan mengganggu penghuni apartemen nomor 20 yang lain- nomor apartemen tempat Jihyo dan Gery tinggal- karena sang penghuni yang lain itulah pembunuhnya, Jihyo, Song Jihyo.
Jihyo mengatupkan mulutnya dengan kuat setelah memukulkan tongkat golf itu dari kepala suaminya, Kang Gery yang saat ini sudah tidak bernyawa lagi. Keputusan yang diambilnya untuk membunuh suaminya itu benar-benar berat, tapi paling tepat untuknya. Ia mendekatkan dirinya kejasad Gery lalu memeluk dan menciumnya.

“Hiks, oppa mianhaeyo. Dengan begini aku bisa terus bersamamu. Apa kau senang? Hiks, apa kau senang? Tentu saja, sesenang diriku bukan? Hahahaha.” Tanggis Jihyo kini berubah menjadi tawa yang terkesan angkuh, mengerikan dan berbagai perasaan lainnya yang benar-benar kacau. Song Jihyo telah berhasil membunuh suaminya.

***@@@***
“Mworago? Kau benar-benar gila nona. Setelah membunuh suamimu sendiri, kau bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun.” Komentar pria bertopi hitam itu. Cuih! Dia benar-benar banyak bicara.

“Menurut data yang kami dapat, kau menderita sebuah penyakit yang mengganggu psikologimu. Kau mengkonsumsi obat anti depresan untuk jaga-jaga ketika stressmu memuncak. Dari bukti yg ditemukan saat itu kau tanpa sengaja menginjak obatmu satu-satunya. Baiklah, aku rasa hukumanmu bisa dikurangi karena 80% kesimpulan ini menyatakan bahwa perbuatanmu waktu itu diluar akal sehatmu.” Pria berjas hitam itu terlihat yakin menyimpulkannya.

Aku tersenyum kecut mendengarnya, “Semua itu benar. Kecuali satu hal. Aku sengaja membunuhnya.”

“Mworago?!”

“Satu-satunya cara agar aku bisa bersamanya adalah membuatnya bisa melihat kembali. Hal itu cukup sulit. Menyembuhkan orang yg buta permanen?! Hah, yang benar saja. Kalau dokter bilang seumur hidup dia tidak bisa melihat, maka itu berarti dia punya kesempatan untuk melihat dialam kematiannya.” Jelasku yang membuat mereka menatap tak percaya, terkejut mungkin.

“Kau bodoh! Sekarang apa kau bisa bersamanya? Tidak. Dia sudah mati. Apa kau ingin mati dulu untuk bersamanya? Pemikiran bodoh.” Ujar pria bodoh bertopi itu seraya berjalan kearah sampingku. Dengan cepat tanganku meraih pistol dari sakunya, menodongkannya sendiri kekepalaku.

“Kau benar, aku memang bodoh.”

Dooorrrr! Suara tembakan terdengar memekakkan telingaku, diikuti dengan kesadaranku yang mulai memudar. Aku yakin, peluru dari pistol tadi pasti sudah menembus kepalaku. Hahaha, Annyeong semuanya. Selamat tinggal kehidupan kelamku, selamat tinggal.


“Oppa, sekarang kau melihatku, bukan? Tunggu aku, arraseo………”

End

0 komentar:

Posting Komentar