Judul : Now
you see me, right?
Author : @SongKi
Genre: Romance, angst maybe
Cast artist: Running Man
Author : @SongKi
Genre: Romance, angst maybe
Cast artist: Running Man
.
.
“Bisa kau jelaskan semua ini?” Tanya
pria berjas hitam itu didepanku menunjukkan sebuah foto yang tergambar betapa
sulitnya masa-masa kala itu.
“Percuma, dia tak akan menjawabnya.
Mulutnya benar-benar terkunci. Menyebalkan. Bagaimana bisa aku menjadi salah
satu fansnya dulu.” Kini pria bertopi hitam yang berkomentar dengan wajah yang
menunjukkan kebencian dan penyesalan kepadaku.
“Apa yang harus kami lakukan untuk
membuatmu bicara? Apa ada yang ingin kau kerjakan sebelum prosesnya dimulai?”
Pria berjas hitam itu kembali berbicara padaku. Menyebalkan rasanya berbicara
dengan dua pria ini ditempat seperti ini.
Aku mengetuk-ngetukkan kedua jariku. Pria
bertopi hitam yang terlihat bodoh tapi berbahaya memperhatikan gerak-gerikku
dengan saksama, “ Ada, tapi aku harap kalian menepati janji kalian untuk
membiarkan aku melakukan sesuatu.”
“Baiklah, apa itu?”
“itu___”
***@@@***
“Oppa lihat aku bawa topi dari brand
favoritmu.” Panggil Jihyo tapi langsung terdiam begitu disadarinya kekurangan
Gery-suaminya- itu. Kecelakaan 2 tahun lalu menyebabkan Kang Gery harus
kehilangan penglihatannya sampai saat ini. Dan semenjak itu pulalah rumah
tangga mereka menjadi agak kacau terkadang.
“Kau mengejekku? Istri macam apa kau.”
Ejek Gery. Jujur didalam hatinya ia benar-benar merasa sakit hidup dalam
kondisi rumah tangga seperti ini. Pekerjaannya sebagai salah satu idol pun
mulai berhenti satu persatu karena kekurangannya itu. Meski satu yang belum ia
rasakan berkurang, yaitu cinta dari istrinya-Song Jihyo-.
“Bukan itu maksudku. Maaf aku tidak
sengaja. Syuting hari ini membuatku cukup lelah.” Jelas Jihyo sambil berjalan
menuju dapur dan mengambil segelas air untuk dirinya sendiri. Pada awalnya ia
merasa benar-benar menikmati minumnya sampa sergahan dari Gery yang cukup
menyakitkan melewati lubang telinganya.
“Kau benar-benar istri sombong.
Mentang-mentang aku tidak bisa bekerja kau jadi keberatan untuk menghidupi
rumah tangga ini. Itulah mengapa aku dari dulu ingin pernikahan ini berakhir.”
Ujar Gery sebelum pergi meninggalkan Jihyo dan berlalu menuju kamarnya. Ya
sejak kejadian 2 tahun lalu itu Gery memutuskan untuk pisah kamar. Menyedihkan.
Benar-benar menyedihkan.
**@**
“Noona-ya, kau sudah makan? Ini aku
bawakan sup udon untukmu. Rasanya benar-benar enak.” Tawar Jongki pada Jihyo
yang sedang menyandarkan dirinya pada sebuah pohon besar. Game Running Man
episode kali ini benar-benar melelahkan.
“Gwenchana. Kau bisa memakannya sendiri.
Aku akan makan roti yang diberikan staff Running Man tadi.” Tolak Jihyo. Ia
merasa tidak enak hati karena Jongki terus menerus berlaku baik padanya.
“Noona aku sudah makan banyak sup udon
tadi. Sekarang ini untukmu. Aku yang akan menyuapimu, aaaaaaa.” Jongki
menggerakkan tangan kanannya kearah mulut Jihyo yang tertutup.
“Ne. Aku akan memakannya tapi berikan
saja sup udon itu padaku, aku akan memakannya sendiri.” Ujar Jihyo. Ia meraih
mangkuk sup udon dari tangan juniornya itu dan menyuapkannya sendiri kedalam
mulutnya. Dapat Jihyo lihat raut wajah Jongki yang sedikit kecewa. Entahlah,
mungkin karena Jihyo menolak untuk disuapi.
**@**
“Gomawo-yo Jongki-ya. Sekali lagi
terimakasih atas tumpangannya.” Jihyo berpamitan masuk kedalam rumahnya setelah
berterimakasih pada Jongki karena telah mengantarnya pulang.
“Kau berselingkuh? Hah, sudah kuduga.”
Sambut Gery diruang tengah apartemen mereka begitu Jihyo masuk.
“Mwo? Aniya Oppa, itu tadi Jongki, Dia
mengantarku pulang. Kebetulan tadi ban mobilku kempes.” Jelas Jihyo jujur
meskipun Gery tetap berwajah masam menyambutnya.
“Aku tidak peduli apa penjelasanmu.
Siapa pria itu dan apapun yang kalian lakukan. Kau bukan istri yang baik.” Gery
berlalu pergi meninggalkan Jihyo.
“Oppa, tunggu. Aku tidak ada hubungan
apapun dengan pria manapun. Itu hanya Jongki, Song Jongki rekan kerja kita
dulu. Sekarang dia kembali menjadi tim Running Man yang mengganti posisimu.
Meskipun dia tidak secerdik dirimu, Oppa. Oppa, dia hanya seorang Jongki kecil
yang kita kenal. Dia orang baik-baik, Oppa.” Jelas Jihyo lagi. Kali ini
tangannya menahan bahu Gery yang sudah berdiri didepan pintu kamar.
“APA KAU TAU JONGKI MENYUKAIMU! APA KAU
TAU SELAMA INI DIA MEMINTAKU UNTUK MELEPASKANMU?! Apa kau tau itu?!!! Sudahlah,
sudah cukup. Aku ingin kau urus surat perceraian kita. Pergilah bersamanya. Kau
terlalu baik untukku Jihyo-ya. Aku tidak bisa melihatmu, aku buta, kau tau
itu.” Gery sedikit terisak, “ Aku tidak bisa menafkahimu, aku tidak bisa membuatmu
bahagia. Jongki benar, aku hanya membuat hidupmu sia-sia.”
“Oppa itu tidak benar. Jangan katakan
hal ini lagi. Aku sudah muak dan kepalaku sudah cukup pusing mendengar semua
itu. Aku sudah cukup bahagia bersamamu oppa. Jangan paksa aku untuk meninggalkanmu.”
Jihyo memeluk tubuh Gery tapi langsung ditepis begitu saja oleh Gery.
“Aku akan merasa senang jika aku bisa
melihat lagi. Dengan begitu mungkin aku bisa membuatmu bahagia. TAPI APA KAU
TAHU HAH?!! KENYATAAN BAHWA BUTA-KU PERMANEN SEUMUR HIDUP DAN SEGALA OPERASI
ITU HANYA MEMBUANG-BUANG UANG KITA MEMBUATKU SAKIT. APA KAU TAU, BAGAIMANA
PERASAANKU BAHWA PARA NETIZEN SAAT INI LEBIH MENYUKAI SONG’S COUPLE DARIPADA
MONDAY’S COUPLE?! APA KAU TAU ITU?! Kita tidak bisa mempertahankan hubungan ini
Jihyo, pergilah dariku. Satu-satunya
cara kita bisa bersama hanya dengan membuatku bisa melihat kembali. Apa kau
bisa hah? Aku rasa tidak.” Brakkkkkkkkk, pintu ditutup dengan kerasnya oleh
Gery. Jihyo menangis sejadi-jadinya. Ia mengeluarkan botol obatnya dan berusaha
meneguknya dalam hitungan cepat tapi sayang obat itu malah berjatuhan dan
terinjak oleh kakinya.
“Hiks, hiks, aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk membuatmu kembali melihat oppa kalau memang itu satu-satunya cara
kita bisa bersama. Hiks, hiks,”
**@**
Ckrek, suara pintu kamar dibuka. Diikuti
dengan langkah kaki perlahan-lahan. Dengan satu gerakan cepat, sebuah pukulan
menghantam tepat dikepala Gery yang tertidur. Dengan deras darah segar mengalir
dari kepala Gery menimbulkan rasa sakit yang mendalam.
Melihat korbannya masih bergerak, sang
pelaku kembali memukulkan tongkat golf ditangannya kekepala Gery. Tidak perlu
khawatir akan mengganggu penghuni apartemen nomor 20 yang lain- nomor apartemen
tempat Jihyo dan Gery tinggal- karena sang penghuni yang lain itulah
pembunuhnya, Jihyo, Song Jihyo.
Jihyo mengatupkan mulutnya dengan kuat
setelah memukulkan tongkat golf itu dari kepala suaminya, Kang Gery yang saat
ini sudah tidak bernyawa lagi. Keputusan yang diambilnya untuk membunuh
suaminya itu benar-benar berat, tapi paling tepat untuknya. Ia mendekatkan
dirinya kejasad Gery lalu memeluk dan menciumnya.
“Hiks, oppa mianhaeyo. Dengan begini aku
bisa terus bersamamu. Apa kau senang? Hiks, apa kau senang? Tentu saja,
sesenang diriku bukan? Hahahaha.” Tanggis Jihyo kini berubah menjadi tawa yang
terkesan angkuh, mengerikan dan berbagai perasaan lainnya yang benar-benar
kacau. Song Jihyo telah berhasil membunuh suaminya.
***@@@***
“Mworago? Kau benar-benar gila nona.
Setelah membunuh suamimu sendiri, kau bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun.”
Komentar pria bertopi hitam itu. Cuih! Dia benar-benar banyak bicara.
“Menurut data yang kami dapat, kau
menderita sebuah penyakit yang mengganggu psikologimu. Kau mengkonsumsi obat
anti depresan untuk jaga-jaga ketika stressmu memuncak. Dari bukti yg ditemukan
saat itu kau tanpa sengaja menginjak obatmu satu-satunya. Baiklah, aku rasa
hukumanmu bisa dikurangi karena 80% kesimpulan ini menyatakan bahwa perbuatanmu
waktu itu diluar akal sehatmu.” Pria berjas hitam itu terlihat yakin
menyimpulkannya.
Aku tersenyum kecut mendengarnya, “Semua
itu benar. Kecuali satu hal. Aku sengaja membunuhnya.”
“Mworago?!”
“Satu-satunya cara agar aku bisa
bersamanya adalah membuatnya bisa melihat kembali. Hal itu cukup sulit.
Menyembuhkan orang yg buta permanen?! Hah, yang benar saja. Kalau dokter bilang
seumur hidup dia tidak bisa melihat, maka itu berarti dia punya kesempatan
untuk melihat dialam kematiannya.” Jelasku yang membuat mereka menatap tak
percaya, terkejut mungkin.
“Kau bodoh! Sekarang apa kau bisa
bersamanya? Tidak. Dia sudah mati. Apa kau ingin mati dulu untuk bersamanya?
Pemikiran bodoh.” Ujar pria bodoh bertopi itu seraya berjalan kearah sampingku.
Dengan cepat tanganku meraih pistol dari sakunya, menodongkannya sendiri
kekepalaku.
“Kau benar, aku memang bodoh.”
Dooorrrr! Suara tembakan terdengar
memekakkan telingaku, diikuti dengan kesadaranku yang mulai memudar. Aku yakin,
peluru dari pistol tadi pasti sudah menembus kepalaku. Hahaha, Annyeong
semuanya. Selamat tinggal kehidupan kelamku, selamat tinggal.
“Oppa, sekarang kau melihatku, bukan?
Tunggu aku, arraseo………”
End
0 komentar:
Posting Komentar